Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mantan Guru • S1 Bahasa dan Sastra Indonesia • Bergiat di Kembara Rimba dan Salam Semesta • Warga Gg. Mangga Garis Lurus

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membaca Mata Kosong di Jendela

22 Maret 2018   15:05 Diperbarui: 22 Maret 2018   15:06 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: i.pinimg.com

Buat Bapak

Kita buka sebuah jendela. Langit kosong.

Di atas tubuh kita sebuah kota retak jadi dua.

Di antara itu, hari-hari kita yang sibuk

membangun jembatan dan pintu. Tak ada yang banyak bicara.

Tak perlu saling menggonggong untuk mengukur jarak.

Jalan kita semakin panjang, kita ingat, pohon-pohon roboh dan membuang usia kita ke tanah dan sebagian lagi berhamburan ke udara. Kita akan singgah di satu kota dan menyapa orang-orang gila. Dan kita akan menjilat jalan raya dan rumput yang tersisa.

Tanganmu meraih matahari di atas rambutku. Mungkin aku bisa membakar dosa yang membeku begitu lama. Selalu ada penghapus setelah jauh menengok ke belakang dan menemukan kata-kata yang salah. Sebelum sebuah lagu selesai diputar. Perlahan-lahan. Sebelum tempat sampah mengunyah kenangan yang kosong dan tidur tanpa mimpi buruk. Sebelum jembatan dan pintu selesai dibangun.

Di luar jendela, langit yang kosong itu berbayang di lantai.

Mungkin kita hanya butuh tidur yang panjang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun