Buat Bapak
Kita buka sebuah jendela. Langit kosong.
Di atas tubuh kita sebuah kota retak jadi dua.
Di antara itu, hari-hari kita yang sibuk
membangun jembatan dan pintu. Tak ada yang banyak bicara.
Tak perlu saling menggonggong untuk mengukur jarak.
Jalan kita semakin panjang, kita ingat, pohon-pohon roboh dan membuang usia kita ke tanah dan sebagian lagi berhamburan ke udara. Kita akan singgah di satu kota dan menyapa orang-orang gila. Dan kita akan menjilat jalan raya dan rumput yang tersisa.
Tanganmu meraih matahari di atas rambutku. Mungkin aku bisa membakar dosa yang membeku begitu lama. Selalu ada penghapus setelah jauh menengok ke belakang dan menemukan kata-kata yang salah. Sebelum sebuah lagu selesai diputar. Perlahan-lahan. Sebelum tempat sampah mengunyah kenangan yang kosong dan tidur tanpa mimpi buruk. Sebelum jembatan dan pintu selesai dibangun.
Di luar jendela, langit yang kosong itu berbayang di lantai.
Mungkin kita hanya butuh tidur yang panjang.