Mohon tunggu...
Putera Ramadhan
Putera Ramadhan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa FEB Universitas Airlangga

Love about F1, IT, And Genshin

Selanjutnya

Tutup

Money

Minyak Goreng dan Gaya Hidup Masyarakat Indonesia yang Membuatnya Mahal

6 Juni 2022   09:00 Diperbarui: 6 Juni 2022   09:11 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pemerintah telah membuka kembali keran ekspor minyak goreng pada 23 Mei 2022 setelah sebelumnya ditutup pada 28 April 2022, sebuah buntut dari kelangkaan minyak goreng. Seperti yang kita ketahui, minyak goreng menjadi salah satu barang yang mengalami kenaikan harga sangat tinggi pada beberapa tahun terakhir ini. 

Tercatat pada awal Juli 2020 sebuah minimarket modern mematok minyak goreng merk B****I kemasan 2 liter dengan harga Rp 23.900. Satu tahun kemudian, tepatnya Oktober 2021, barang yang sama dengan toko yang sama mengalami kenaikan di angka Rp 29.500. 

Selang satu tahun lagi, tepatnya 28 Mei 2022 barang yang sama dan di toko yang sama mengalami kenaikan yang sangat drastis diangka Rp 48.500. Kenaikan tersebut dituding karena harga CPO (Crude Palm Oil) yang juga mengalami kenaikan harga dunia secara drastis, sehingga banyak perusahaan yang lebih memilih untuk ekspor minyak goreng ketimbang memasarkannya di dalam negeri.

Pemerintah tentu tidak tinggal diam, selain membatasi ekspor minyak goreng, pemerintah juga telah memberikan subsidi sebanyak sekitar Rp 3,6 Triliun untuk mensubsidi 1,2 miliar liter minyak goreng kemasan. 

HET yang ditetapkan setelah subsidi adalah Rp 14.000/liter. Langkah ini memang efektif untuk mengurangi harga dan menghemat pengeluaran msayarakat dalam pembelian minyak goreng, namun hal ini juga justru memperparah kelangkan minyak goreng. Hampir tidak ada minyak goreng kemasan yang bisa ditemukan di minimarket dan supermarket modern. 

Kalaupun bisa ditemukan, maka bisa dipastikan bahwa barang tersebut akan ludes tidak sampai 1x24 jam. Fenomena ini cukup mencengangkan mengingat bahwa Indonesia adalah negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Kelangkaan ini berakhir pada 31 Januari 2022, hari terakhir dimana subsidi minyak satu harga berakhir.


Demand Minyak Goreng Indonesia yang Sangat Tinggi

Entah sejak kapan masyarakat Indonesia mulai ketergantungan oleh masakan gorengan. Apabila kita menelaah masakan tradisional Indonesia, jarang sekali kita menemukan masakan yang membutuhkan teknik masak deep frying yaitu teknik masak yang membutuhkan minyak dalam jumlah banyak untuk memasak makanan. 

Gado-gado, bakso, soto, pecel sayur, mie ayam, lodeh, sayur asam, dan masih banyak lagi makanan khas Indonesia yang tidak membutuhkan minyak dalam jumlah banyak untuk memasak. 

Justru teknik deep frying lebih sering digunakan pada masakan western seperti french fries, hamburger, dan Crispy Kentucky chicken. Walaupun banyak masakan Chinese food yang masuk dan berkembang di Indonesia, namun tetap saja minyak yang mereka gunakan tidak sebanyak deep frying. 

Gaya hidup ketergantungan oleh minyak goreng menjadikan Indonesia sebagai negara dengan konsumsi minyak sawit terbesar di Dunia pada tahun 2021 sebesar 15,4 juta ton berdasarkan (Index Mundi, 2021). 

Jumlah itu hamper dua kali lipat dengan India di peringkat kedua dengan konsumsi minyak kelapa sawit sebanyak 8,5 juta ton. Bahkan Uni Eropa yang merupakan gabungan dari beberapa negara di Eropa hanya mengkonsumsi sebanyak 6,7 juta ton.

Solusi Alternatif Minyak Goreng Sawit

Solusi paling efektif dalam menghindari kenaikan minyak goreng tentunya adalah tidak mengkonsumsi makanan gorengan terlebih dahulu. Makanan rebus, bakar, panggang, kukus yang cocok dengan lidah masyarakat Indonesia sebenarnya sangat banyak seperti yang sudah disebutkan di awal. 

Kita juga bisa menggunakan mentega atau margarin untuk menggoreng telur, sosis, ataupun menumis makanan yang lain. Terdapat alternatif lain namun kita juga harus merogoh kantong lebih dalam karena harga yang ditawarkan juga lebih mahal daripada minyak goreng sawit yang biasa kita gunakan. 

Minyak zaitun, minyak kelapa, minyak biji rami, minyak kanola, dan minyak wijen dapat menggantikan fungsi dari minyak goreng sawit, ‘ada harga ada kualitas’. Walaupun harga minyak-minyak tersebut lebih mahal namun manfaat yang diberikan juga jauh lebih baik.

Revolusi Gaya Hidup

Makanan gorengan terutama yang menggunakan teknik deep frying tentu tidak baik bagi kesehatan apabila dikonsumsi secara terus menerus. Penyebab Sebagian masyarakat Indonesia mengalami kolesterol tinggi pun salah satunya karena konsumsi gorengan yang berlebihan. 

Dengan mengkonsumsi makanan selain gorengan (seperti rebusan, bakar, panggang, kukus) kita dapat menurunkan kadar kolesterol sekaligus menghemat pengeluaran kita untuk membeli minyak goreng. 

Apabila masyarakat Indonesia dulu nya dapat merubah gaya hidup terutama makanan mereka, tentu bukanlah tidak mungkin apabila dalam waktu dekat kita juga bisa merubah jenisa makanan yang kita konsumsi. Kita bisa mengambil referensi negara-negara barat yang bisa mengurangi konsumsi gorengan mereka. Momen saat ini juga bisa menjadi motivasi bagi kita untuk mulai merubah jenis makanan apa yang kita konsumsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun