Mohon tunggu...
Rama Damenta Bangun
Rama Damenta Bangun Mohon Tunggu... Pelajar

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makan Gratis Dibayar Nyawa

3 Oktober 2025   22:59 Diperbarui: 3 Oktober 2025   22:56 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih penting lagi, ajang ini memberi ruang bagi siswa untuk menunjukkan aspirasi mereka: mimpi menjadi atlet, pemimpin, seniman, atau organisator. Mereka tidak didikte dari atas, mereka diberi kebebasan untuk berproses. Sesuatu yang gagal diwujudkan oleh kebijakan MBG.

Progres, bukan sekadar proyek
Di sinilah perbedaan mendasar: program MBG adalah proyek, sementara ajang pelajar adalah progres. Proyek berorientasi angka, laporan, dan seremoni. Progres berorientasi manusia, proses, dan karakter.

Program makan gratis gagal karena tidak melibatkan anak muda dalam perencanaannya. Mereka hanya objek yang diberi makan. Sebaliknya, turnamen pelajar berhasil karena menjadikan anak muda sebagai subjek. Mereka dipercaya, diberdayakan, dan diberikan tanggung jawab nyata.

Jika kita ingin membangun bangsa, kita harus belajar dari prinsip ini. Jangan hanya memberi anak muda "nasi", tetapi berikan mereka ruang untuk mengolah hidupnya sendiri.

Program Makan Bergizi Gratis membuktikan bahwa niat baik saja tidak cukup. Ketika kualitas makanan buruk, distribusi timpang, dan aspirasi siswa diabaikan, maka kebijakan itu bukan lagi solusi, melainkan masalah baru. Bahkan nyawa bisa melayang karenanya. Bukankah ini tragedi yang seharusnya tidak terjadi di negeri yang mengaku ingin menyiapkan generasi emas?

Sebaliknya, ajang seperti turnamen pelajar menunjukkan wajah harapan. Di sana, anak muda bukan sekadar penerima, tetapi pencipta. Mereka berproses, berprogres, dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Itulah yang seharusnya menjadi teladan: bangsa ini tidak hanya butuh tubuh yang kenyang, tetapi juga jiwa yang sehat, karakter yang kuat, dan mimpi yang terus menyala.

Jika pemerintah benar-benar ingin mendukung siswa, jangan berhenti di proyek makan gratis yang setengah matang. Berikan pula ruang-ruang progres, tempat anak muda bisa ditempa untuk menjadi manusia yang magis---selalu berjuang menjadi lebih baik. Karena pada akhirnya, bangsa ini tidak akan maju hanya dengan perut kenyang, melainkan dengan karakter generasi yang berani bermimpi dan berani mewujudkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun