Mohon tunggu...
rama a
rama a Mohon Tunggu... mahasiswa

pertanian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

potensi pengembangan agroforestri berbasis tanaman buah

5 Juni 2025   11:32 Diperbarui: 5 Juni 2025   11:32 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Peningkatan jumlah penduduk di Negara Indonesia menyebabkan penyediaan lahan pertanian untuk menghasilkan tanaman pangan semakin berkurang. Lahan pertanian petani beralih fungsi menjadi perumahan, jalan atau fasilitas lain sehingga semakin terbatas lahan garapan untuk petani. Penggunaan sistem agroforestri ialah salah satu cara untuk meringankan permintaan lahan pertanian.
Agroforestri adalah sistem pemanfaatan lahan terpadu yang memanfaatkan interaksi tanaman kehutanan dan pertanian, menghasilkan berbagai biomassa, dan menjaga situasi sosial dan lingkungan (Cardinael et al. 2017; Kaur et al. 2017; Suryani dan Dariah 2012; Tarigan et al. 2019). Dari kebun yang dimiliki petani dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari berupa hasil pertanian, kayu bakar, bahan bangunan, hasil buah, dan hasil lainnya (Wulandari, 2011). Komoditas ini dapat digabungkan secara bersamaan, bergantian, atau keduanya.
Agroforestri merupakan sistem budidaya dengan memadukan antara pepohonan atau semak-semak dengan tanaman pertanian pada area yang sama untuk mengoptimalkan berbagai hasil (Utomo, 2020) dan perbaikan lingkungan (Suparwata, 2018). Agroforestri sudah dikenal di Indonesia selama berabad-abad. Pada umumnya masyarakat sudah mengenal pola agroforestri dengan istilah wanatani atau tumpang sari (Mayrowani & Ashari, 2011; Rahmayanti, 2012). Beberapa tujuan agroforestri yaitu memaksimalkan produktivitas lahan serta meningkatkan pendapatan (Rachman, 2012), meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun petani sekitar hutan (Mayrowani & Ashari, 2011; Suryani & Dariah, 2012; Wulandari et al., 2020), merehabilitasi lahan terdegradasi serta memulihkan kualitas lingkungan (Nurida et al., 2018), dan mencapai kelestarian lingkungan (Wulandari et al., 2020).
Contoh umum agroforestri termasuk kebun campuran, tegalan dengan pohon, ladang, tanah bera (hutan), kebun pekarangan, dan hutan tanaman masyarakat yang lebih besar dan lebih beragam (Hadi, 2013). Sebagian masyarakat, terutama pedesaan, membangun kebun untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari; kawasan ini sering disebut sebagai "lumbung hayati" atau "warung hidup" (Rahayu dan Prawiroatmodjo, 2005).
Unsur teknis agronomi, silvikultur, sosial ekonomi, dan ekologi sangat penting dalam pemanfaatan agroforestri (Suharjito et al, 2003). Kajian tentang kecocokan kombinasi tanaman kehutanan dan pertanian untuk peningkatan produksi merupakan bagian teknis dari agronomi dan silvikultur. Antara lain, studi sosial ekonomi melihat bagaimana jenis tanaman yang berbeda dapat menghasilkan uang bagi petani. Kombinasi tumbuhan kehutanan antara lain bertujuan buat diambil buahnya, selain kayunya. Buat tanaman pertanian umumnya berupa hasil yang diharapkan sehari-hari, misalnya cabe, jagung, kedelai, terong, serta lain sebagainya.
Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan buah lokal, diantaranya jenis tanaman manggis, salak pondoh, mangga madu, dan lengkeng. Buah-buahan dihasilkan dari kebun petani yang berasal dari kebun monokultur maupun agroforestri. Produktivitas lahan yang dimiliki petani berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan. Namun belum diketahui tanaman buah apa saja yang dapat meningkatkan pendapatan petani di areal agroforestri mereka.
Agroforestri merupakan sistem budidaya yang mengintegrasikan tanaman kehutanan dan pertanian untuk meningkatkan produktivitas lahan dan kesejahteraan masyarakat, terutama petani di sekitar hutan. Sistem ini dapat membantu rehabilitasi lahan terdegradasi, meningkatkan pendapatan, dan menjaga kelestarian lingkungan. Meskipun banyak manfaatnya, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis tanaman buah yang dapat meningkatkan pendapatan petani dalam agroforestri.
 
 
DAFTAR PUSTAKA

 
Apriyanto, Mulono. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Mulono Apriyanto, 2022.
Cardinael, R., Chevallier, T., Cambou, A., Beral, C., BernardG, B., Dupraz, C., Durand, C., Kouakoua, E., and Chenu, C. 2017. Increased soil under agroforestri: A survey of six different sites in France. Agriculture Ecosystem Environment. 236:243-- 255.
Suryani, E., and Dariah, A. 2012. Peningkatan Produksi Tanah melalui Sistem Agroforestri. Jurnal Sumberdaya Lahan 6(2): 101-109.
Wulandari, C. 2011. Agroforestri: Kesejahteraan Masyarakat dan Konservasi Sumberdaya Alam. Lampung: Universitas Lampung
Utomo, M. M. B. (2020). Resilience system of complex agroforestry with albizia as the main stand in West Java. Jurnal Agroforestri Indonesia, 3(1), 45-54.
Mayrowani, H., & Ashari. (2011). Pengembangan agroforestry untuk mendukung ketahanan pangan dan pemberdayaan petani sekitar hutan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 29(2), 83-98.
Rahmayanti, S. (2012). Respon masyarakat terhadap pola agroforestri pada hutan rakyat penghasil kayu pulp. Mitra Hutan Tanaman, 7(2), 39-50.
Hadi, EEW. 2013. tanaman Bawah Dominan Penghasil Bahan Obat Herbal Pada Sistem Agroforestri. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Rahayu, S., dan Prawiroatmodjo, S. 2005. Keanekaragaman Tanaman pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lempeapi, Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara. Jurnal Teknik Lingkungan. 6 (2): 360-364.
Suharjito, D., Sundawati, L., Suyanto., dan Utama, SR. 2003. Aspek Sosial Ekonomi dan budaya Agroforestri. Buku Ajar. Bogor: Word Agroforestri Centre (ICRAF).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun