Sang Ibu bukanlah ibu sembarangan. Tak seperti sang Bapak yang gemar membuang barang apa saja ke sembarang tempat, termasuk sebatang rokok yang habis dihisapnya itu.
“Ibu suka heran, deh, sama Bapak. Padahal sudah seringkali Ibu ingatkan. Kalau habis merokok itu puntungnya dibuang di asbak.”, kata Ibu kesal. Sambil menyapu sisa-sisa puntung rokok yang berserakan di bawah telapak kaki Bapak.
Di teras depan. Bapak yang tengah asyik membaca koran bergeming. Tak menghiraukan ucapan Ibu. Melihat sikap acuh tak acuh Bapak lantas membuat Ibu kesal.
“Lho, lho.. Ibu kira kaki Bapak ini kotoran?”, protes Bapak.
Ibu sengaja mendaratkan sapu itu mengenai kaki Bapak.
“Salah sendiri Bapak diajak ngomong malah diam saja.”
“Diamnya Bapak itu dengerin Ibu ngomong.”
“Alesan!”
Bapak menyeruput kopi hitam di atas meja lalu kembali tenggelam dengan koran yang dibacanya. Ibu kembali masuk.
“Dit, bisa antarkan Ibu ke pasar sebentar?”, pinta sang Ibu. Mengetuk pintu kamar sang anak.
“Aduh, Bu. Adit masih ngantuk!”, seru suara dari dalam kamar.