Mohon tunggu...
RA Lutfiah Az
RA Lutfiah Az Mohon Tunggu... Lainnya - p i a a

Mari berpendar dengan garis yang sama denganku disini! Sajak Sang Pemimpi, begitu kunamai.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Monolog Hati | Untuk Candu

31 Mei 2020   09:45 Diperbarui: 31 Mei 2020   10:43 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hai, Tuan.

Untuk candu tentangmu yang tak lagi bisa terkira, kusisipkan gema dalam ruang yang seumpama harap namun tak kunjung bersama.

Kau tahu?
Inginku lebih dari anganmu.
Meskipun laut nampak semerawut menjadikan berbagai hal kalut.
Tapi untuk menjadikan kita terpaut, aku tak pernah takut.

Yakinku lebih dari dinginmu.
Singgung tak diinginkan, temu yang tak diharapkan, menumbuhkan alibi-alibi berdasar candu tak disadari.

Candu, terlalu sulit dimengerti, rancu.
Bahkan debu dari bekas perapian pun tak larut pahami sang aku.

Intinya, aku menginginimu lebih dari tetesan hujan.
Tapi yang kulakukan hanya menyimpan detaknya diam-diam sendirian.

Seolah aku tak benar punya rasa,
Seolah aku tak pernah cinta,
Seolah aku baik-baik saja melihatmu bahagia dengan dia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun