Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 101 x Prestasi Digital Competition (68 writing competition, 23 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Saatnya Menabung Air agar Jakarta Tidak Tenggelam

1 September 2019   12:45 Diperbarui: 4 September 2019   15:48 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Saatnya Warga DKI Jakarta Sadar Akan Pentingnya Menabung Air Agar Kota ini Tidak tenggelam I Sumber Foto : Pixabay/Comfreak

Jakarta akan tenggelam itu yang didengung-dengungkan oleh berbagai portal berita ketika masuk musim hujan. Tenggelam yang dimaksud bukan hanya banjir tetapi juga risiko tenggelam karena saat ini saja dibeberapa titik di wilayah DKI Jakarta sudah dibawah permukaan laut. 

Kawasan pesisir Jakarta Utara, seperti Muara Baru misalnya, tercatat telah tenggelam hingga sekitar 4,2 meter. Perlukah saatnya Jakarta gencarkan gerakan menabung air hujan sebelum tenggelam ?

Dilansir dari liputan6.com (04/12/2018), Peneliti dari Universitas Indonesia (UI), Syamsu Rosid, menyatakan berdasarkan hasil penelitian mikro gravitasi empat dimensi (4D) antara tahun 2014-2018, hampir di semua kawasan di Jakarta Utara terindikasi mengalami penurunan permukaan tanah. 

"Laju penurunan rata-rata sekitar 11 sentimeter per tahun," kata Syamsu dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Selasa (4/12/2018).

Peneliti UI ini menyebut, fenomena penurunan permukaan tanah tersebut kemungkinan karena adanya eksploitasi air tanah yang berlebihan. Syamsu juga menyatakan penurunan permukaan tanah juga diakibatkan adanya aktivitas manusia yang banyak memicu munculnya getaran pada permukaan tanah. 

Rata-rata ketinggian tanah di DKI Jakarta 1 s/d 8 meter, untuk beberapa lokasi di Jakarta Selatan sekitar 25 meter. Bila tetap dibiarkan maka bisa jadi dalam beberapa puluh tahun sampai ratus tahun kedepan, wilayah DKI Jakarta akan berada dibawah permukaan laut. 

Apakah akhirnya warga DKI Jakarta akan bermigrasi? inikah alasan Ibukota Negara dipindah!

Pentingnya Menabung Air Hujan

Bila membaca pernyataan dari Syamsu Rosid bahwa pemanfaatan (eksploitasi) air yang berlebihan menjadi salah-satu faktor penurunan permukaan tanah. 

Jadi air tidak hanya berdampak pada tubuh manusia tetapi pada keberlanjutan sebuah Kota. Untuk itu saatnya menabung air hujan agar eksploitasi air tidak berlebihan.

Banjir di DKI Jakarta merupakan berita yang umum saat musim hujan berlangsung. Tapi siapa yang disalahkan ? kiriman air dari sungai yang berasal dari wilayah Bogor. 

Sudah saatnya kita mulai berfikir, bertindak, mendorong dan mempromosikan bahwa air hujan dapat dimanfaatkan untuk penggunaan sekunder seperti menyiram tanaman, urban farming,  mencuci kendaraan, mengepel atau bisa juga untuk flush toilet.

Deskripsi : Design Zero Run Off di Bangunan agar Air Hujan Tidak Terbuang Sia-Sia I Sumber Foto : puskim.pu.go.id
Deskripsi : Design Zero Run Off di Bangunan agar Air Hujan Tidak Terbuang Sia-Sia I Sumber Foto : puskim.pu.go.id

Agar air hujan dapat dimanfaatkan yakni dengan membuat sumur resapan. Fungsi sumur resapan dapat menampung, menyimpan, dan menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpasan air hujan ke saluran pembuangan. Hal ini tentu saja selain dapat mencegah terjadinya banjir, air tampungan tersebut dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.

Kalau ada air tampungan saat musim kemarau minimal dapat mengurangi jumlah pemanfaatan air tanah yang berlebihan sehingga dapat mengurangi risiko penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta. Potensi persedian air dari air hujan 1,28 milyar m3 dimana hanya 13 % yang terserap kedalam tanah dan 67 % melimpas ke sungai dan lautan. 

_

Saatnya Mulai Menabung Air Hujan

Suksesnya pemerintah dalam pencegahan banjir dan penurunan permukaan tanah menurut saya bukan dilihat dari seberapa banyak pemerintah mampu membuat sumur resapan, tetapi seberapa banyak masyarakat yang mencontoh pemerintah dalam pembuatan sumur resapan.

Nah untuk itu, baik pemerintah maupun masyarakat perlu lebih berperan dalam meningkatkan jumlah sumur resapan di wilayah DKI Jakarta. Ternyata ini sudah dicoba lakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menggencarkan gerakan menabung air hujan di setiap rumah dan gedung di ibu kota.

Di era pemerintahan Gubernur DKI Anies Baswedan, Pemerintah DKI berencana membuat 1.333 sumur resapan dengan kedalaman yang dangkal tahun 2019 ini.

Deskripsi : Gebenur DKI Jakarta, Anies Baswedan I Sumber Foto : Republika
Deskripsi : Gebenur DKI Jakarta, Anies Baswedan I Sumber Foto : Republika

Dilansir dari republika.go.id (19/2/2019), Anies ingin mengawalinya di seluruh kantor Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI. Ia menyebut, pada 31 Maret 2019, semua gedung Pemprov tak boleh lagi mengalirkan air hujan keluar wilayahnya (zero run off). 

"Pada 31 Maret ini adalah tenggat waktu semua kantor di jajaran pemprov tidak boleh lagi airnya mengalir keluar, zero run off, artinya air hujan masuk di tanahnya sendiri tidak boleh mengalir keluar dari wilayahnya," kata Anies kepada republika.go.id di kantor pusat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Jakarta Pusat, Senin (18/2). 

Bila saya perhatikan instruksi pempinan DKI Jakarta kepada jajaran dibawahnya sudah sangat baik. Gedung-gedung Pemprov DKI Jakarta harus mencontohkan terlebih dahulu agar dapat memancing gedung-gedung lainnya untuk mengikuti.

Bayangkan saja terdapat 12 juta penduduk ibu kota. Sekitar 3 juta penduduk (bila dihitung 1 keluarga terdiri dari 4 orang) yang memerlukan rumah tinggal di ibu kota. Bila sebaiknya satu keluarga memiliki minimal satu sumur resapan maka diperlukan 3 juta sumur resapan di DKI Jakarta.

Deskripsi : Pembuatan Sumur Resepan I Sumber Foto : Antara
Deskripsi : Pembuatan Sumur Resepan I Sumber Foto : Antara

Itung-itungan itu secara manual biasa, tetapi bila dihitung secara ilmiah, harus dihitung berapa curah hujannya, kapasitas sungai, dan lain sebagainya. Biaya membangun sumur resapan terbilang masih cukup terjangkau dan dapat dibuat secara sederhana.

Saya membayangkan Jakarta yang memiliki total luas 661 kilometer persegi bisa bebas banjir jika semua bangunan tertib menyediakan sumur resapan (jika intensitas curah hujan 100 liter per meter persegi).

Berdasarkan Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi, Sumur resapan sendiri sangat efektif mengurangi banjir dan dapat mengisi air tanah di semua jenis lahan. 

Jumlah air hujan yang turun dan mengalir ke laut dan sungai akan bertambah banyak jika air hujan tidak diserap oleh tanah/ditampung/tanah diplester. 

Saat kapasitas sungai tidak menyanggupi otomatis air sungai meluap dan menyebabkan banjir. Air hujan yang berasal dari atap rumah kita bisa menjadi salah satu sumber air yang mengalir ke sungai-sungai di DKI Jakarta.

_

Edukasi Menabung Air dari Taman Robika Pintu Air Manggarai

Saya pun pernah mendapat kesempatan bersama Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) DKI Jakarta, Jurnalis, Influencer bidang lingkungan dan Blogger Kompasiana mengunjungi Pintu Air Manggarai Jalan Tambak, Jakarta Pusat, pada Kamis (2/5/2019).

Saat berada disana, saya pun terkaget kesan Pintu Air Manggarai yang selama ini menyeramkan karena penuh timbunan sampah kini berubah menjadi lebih menyenangkan. 

Kini saya harus membuang jauh pandangan itu. Sebab, sudut di Pintu Air Manggarai itu kini telah disulap menjadi taman yang cantik dan instagramable, Taman Robika namanya.

Deskripsi: Taman Robika, Pintu Air Manggarai I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi: Taman Robika, Pintu Air Manggarai I Sumber Foto : dokpri

Taman Robika sangat indah dan pas untuk dijadikan sudut berswafoto kekinian serta saat ini menjadi tempat beristirahat para petugas Pintu Air Manggarai untuk beristirahat.

Taman ini dibangun sendiri secara swadaya oleh petugas Dinas Sumber Daya Air Pemprov DKI Jakarta dari barang/benda yang tersangkut di Pintu Air Manggarai. Taman mungil ini berada di sudut Pintu Air Manggarai.

Nuansa cowboy Texas terasa begitu kental di taman ini. Beberapa ornamen seperti topi cowboy hingga gambar kuda dipajang di dinding taman yang terbuat dari bambu yang dicat. 

Beberapa sudut taman pun dibuat kalimat motivasi yang begitu menginspirasi dan terdapat sudut untuk menabung air hujan / resepan air hujan (drainase vertical). 

Deskripsi : Koordinator Rayon Selatan Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Adie Widodo menerangkan drainase vertical di Pintu Air Manggarai I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : Koordinator Rayon Selatan Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Adie Widodo menerangkan drainase vertical di Pintu Air Manggarai I Sumber Foto : dokpri

Koordinator Rayon Selatan Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Adie Widodo mengatakan "dengan drainase vertical di Taman Robika ini akan memberi dampak zero run off ( Menahan air limpasan di dalam kawasan sendiri hingga 100% atau mengalirkan air hujan ke luar kawasan hingga nol persen (zero run off)" ungkapnya di Pintu Air Manggarai (2/5/2019).

Lanjutnya Lokasi ini menjadi tempat edukasi bagi anak-anak bagaimana pentingnya menabung air. Apa yang dicontohkan Pintu Air Manggarai bisa diterapkan oleh gedung-gedung di Jakarta. 

Dalam kegiatan yang sama, Elisa Satunadja founder & Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies di Co Hive, Jakarta (2/5/2019) dalam kegiatan Fun Youth Camp Diskominfotik DKI Jakarta menyampaikan Pemerintah harus menjadi investor terdepan untuk menabung air hujan. Tapi peran masyarakat juga sangat penting.

Deskripsi : Elisa Satunadja - Pendiri & Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies menerangkan kepadatan bangunan di Jakarta I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : Elisa Satunadja - Pendiri & Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies menerangkan kepadatan bangunan di Jakarta I Sumber Foto : dokpri

Tambahnya, sebetulnya di Indonesia secara kebudayaan menabung air sudah ada, contohnya di Kalimantan dengan jirigen tanah liat. Lebih dari 3000 hektar yang seharusnya wilayah terbuka hijau di DKI Jakarta sudah tertutup bangunan. 

Selain itu pemerataan kepadatan ruang juga tidak sama antar kawasan di DKI Jakarta, untuk itu pentingnya mensosialisasikan menabung air bagi pemilik bangunan di DKI Jakarta.

_

Menabung Air Hujan Dengan Sumur Resapan Solusi Mencegah Banjir dan Tenggelamnya Jakarta

Yuks mengenal sumur resapan, sumur ini bukan sembarang sumur yang merupakan sistem resapan buatan yang dapat menampung air hujan akibat dari adanya penutupan tanah oleh bangunan baik dari lantai bangunan maupun dari halaman yang diplester atau diaspal. 

Deskripsi : Design sumur resapan I Sumber Foto : puskim.pu.go.id
Deskripsi : Design sumur resapan I Sumber Foto : puskim.pu.go.id

Nantinya air tersebut kemudian dialirkan melalui atap, pipa talang maupun saluran yang berbentuk sumur, kolam dengan resapan ataupun saluran. Sumur resapan ini amat bermanfaat untuk daerah dengan tingkat curah hujan yang tinggi, sumur resapan ini sangat bermanfaat dalam pencegahan banjir. 

Saat hujan deras, air yang dapat tertampung dalam sumur resapan dapat mencapai 5 (lima) meter kubik. Jumlah yang cukup untuk nantinya dapat digunakan untuk keperluan rumah / kantor dengan teknologi tambahan semisal air westafel atau flash toilet. 

Ternyata pemerintah telah mengatur tentang pembuatan sumur resapan dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 68 Tahun 2005 tentang Perubahan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 115 Tahun 2001 mengenai Pembuatan Sumur Resapan. 

Cara membuat sumur resapan sesuai dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 68 Tahun 2005 dapat melihatnya ( DI SINI )

Deskripsi : Sumur Resapan Pada Bangunan Bertalang I Sumber Foto : Peraturan Gebenur DKI Jakarta No.68 Tahun 2005
Deskripsi : Sumur Resapan Pada Bangunan Bertalang I Sumber Foto : Peraturan Gebenur DKI Jakarta No.68 Tahun 2005

Deskripsi : Deskripsi : Sumur Resapan Pada Bangunan Tidak Bertalang I Sumber Foto : Peraturan Gebenur DKI Jakarta No.68 Tahun 2005
Deskripsi : Deskripsi : Sumur Resapan Pada Bangunan Tidak Bertalang I Sumber Foto : Peraturan Gebenur DKI Jakarta No.68 Tahun 2005

Deskripsi : Sumur Resapan Pasangan Batubata I Sumber Foto : Peraturan Gebenur DKI Jakarta No.68 Tahun 2005
Deskripsi : Sumur Resapan Pasangan Batubata I Sumber Foto : Peraturan Gebenur DKI Jakarta No.68 Tahun 2005

Dalam peraturan tersebut setiap gedung atau bangunan yang menutup permukaan tanah dan usaha industri yang memanfaatkan air tanah permukaan diwajibkan untuk membuat sumur resapan dalam perencanaan pembangunannya. Tapi apakah setiap kontraktor dan perusahaan sudah memahami ini saat membangun bangunan di Jakarta 

Dalam pembuatan sumur resapan, dapat dihitung dengan melihat luas atap bangunan. Untuk setiap meter luas atap kita dapat menampung 40 liter air, jadi misalkan luas atap 100 m, kita kali saja dengan 40, maka total air yang ideal kita tampung adalah 400 liter. 

_________________

Sudah saatnya kita sebagai anak bangsa Sadar akan pentingnya Menabung Air. Jumlah area terbuka hijau makin menyempit, untuk itu mari membangun sumur resapan agar jakarta tidak tenggelam. 

Saya telah membuat sumur resapan di rumah orang tua saya di Pondok-Pinang, Jakarta, di bulan Maret 2019, kalian kapan?

--

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto SKM

Instagram I Twitter I Kompasiana I Email : mastiyan@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun