Sekolah kejuruan bahkan mampu menyalip Sekolah Menengah Atas dengan selisih 362 sekolah pada tahun 2020. Padahal, pada tahun 2010, Sekolah Menengah Atas unggul dengan selisih 2.142 sekolah.
Ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia menyadari pentingnya kompetensi dan skil, dengan memfokuskan diri pada sekolah kejuruan. Ini seharusnya menjadi peluang bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan skil siswa untuk menghadapi industri 4.0.Â
Namun, sayangnya, masyarakat Indonesia masih berkutat pada zona nyaman, dengan memilih jurusan humaniora dibanding jurusan sains yang mana sangat dibutuhkan dalam industri 4.0.
Ini tidak sepenuhnya salah siswa. Ada banyak kendala yang siswa alami, seperti masih sedikitnya sekolah kejuruan dan perguruan tinggi memberikan pilihan jurusan keahlian sains.Â
Jika pemerintah memang mengharapkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk menghadapi industri 4.0, pemerintah Indonesia harus memberikan opsi dan fasilitas untuk menunjang pembelajaran ilmu sains yang teramat dibutuhkan keahliannya di era industri 4.0 ini.
Jika pemerintah Indonesia ingin masyarakat Indonesia siap menghadapi industri 4.0, maka pemerintah Indonesia harus berkonsentrasi meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, karena sumber daya manusia adalah akar dari semuanya.Â
Pemerintah Indonesia harus siap melakukan revolusi pada kurikulum pendidikan Indonesia untuk menghadapi industri 4.0. Pembangunan infrastrutur di Indonesia juga masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia.Â
Pemerintah Indonesia juga harus serius mengembangkan sekolah vokasi, yang menurut Presiden Joko Widodo, adalah solusi untuk meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia.