Mohon tunggu...
raka saputra
raka saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. -J.K. Rowling

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Apakah Pesantren Menjadi Tempat Pembelajaran Agama, atau Tempat Predator Seksual Berkedok Agama?

10 Juni 2025   16:57 Diperbarui: 10 Juni 2025   16:57 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini menunjukkan pemahaman yang baik tentang mekanisme pelaporan kasus pelecehan seksual. Namun, respons pimpinan pondok pesantren yang terkesan biasa saja menunjukkan adanya culture of silence atau budaya tutup mulut yang sering kali melindungi pelaku dan merugikan korban. 

Analisis Mendalam: Mengapa Pesantren Menjadi Target Predator?

1. Struktur Hierarki yang Rentan Disalahgunakan Pondok pesantren memiliki struktur hierarki yang sangat rigid, di mana kyai atau pimpinan pondok memiliki otoritas yang hampir absolut. Sistem ini, yang seharusnya menciptakan disiplin dan rasa hormat, justru dapat menjadi "hunting ground" bagi predator yang memanfaatkan posisi kekuasaannya.

2. "Culture of Silence" yang Melindungi Pelaku Respons pimpinan pondok pesantren yang terkesan biasa saja ketika menerima laporan menunjukkan adanya budaya tutup mulut yang sistemik. Budaya ini sering kali lebih mementingkan "reputasi institusi" daripada keselamatan anak-anak.

3. Minimnya Sistem Pengawasan Modern Tidak adanya sistem pengawasan yang efektif terhadap interaksi antara pimpinan dengan santri, terutama santriwati, memungkinkan terjadinya pelecehan dalam jangka waktu yang lama tanpa terdeteksi. Banyak pesantren masih mengandalkan "kepercayaan" tanpa verification system yang memadai.

4. Ketimpangan Gender dalam Struktur Kekuasaan Budaya patriarki yang masih kuat dalam beberapa institusi keagamaan dapat membuat perempuan dan anak perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan seksual, karena mereka dianggap memiliki posisi yang lebih rendah dalam hierarki sosial.

Pandangan Ahli Psikologi 

Dr. Rahmia Dewi, Dosen Psikolog Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh, menekankan bahwa predator seksual seringkali memilih institusi dengan akses mudah terhadap anak-anak dan otoritas yang tidak dipertanyakan. Pesantren, dengan sistem asrama dan figur otoritas yang dihormati, sayangnya menjadi lingkungan yang "ideal" bagi predator semacam ini. Dampak Terhadap Korban dan Masyarakat Dampak Individual Korban pelecehan seksual, baik anak-anak maupun dewasa, mengalami dampak yang multidimensional: 

Dampak Fisik: Kemungkinan cedera fisik dan gangguan kesehatan reproduksi

Dampak Psikologis: Trauma, depresi, kecemasan, gangguan tidur, dan PTSD

Dampak Sosial: Stigmatization, isolasi sosial, dan kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun