B. Bagaimana pandangan alkitab terhadap LGBT ?
Â
Sekalipun didalam alkitab tidak dijelaskan satu persatu tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), namun alkitab sangat jelas menegaskan prinsip dari dosa dan hubungan seksual yang benar. Sejak penciptaan, Allah sudah menetapkan suatu standard bagi manusia untuk bersatu menjadi suami istri juga dalam hal orientasi seksual. Allah menciptakan perempuan untuk mendampingi laki-laki sebagai pasangan yang sepadan. Seperti yang dituliskan dalam  Kejadian 2:18-24 "TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."
Â
Dari ayat di atas, jelas sekali bahwa;
Â
1. Tuhan menyuruh manusia melakukan hubungan seksual dalam rangka beranak cucu memenuhi bumi, dan tentu saja hal ini tidak dapat dilakukan oleh laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan.
Â
2. Standard Allah dalam hubungan seksual harus dilakukan antara laki-laki dengan perempuan (suami istri) bukan sesama jenis.[4]
Â
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan: Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan istri mereka dan menyala-nyala dalam birahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka".(Roma 1:27)