Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Hemat Nggak Berarti Pelit, tapi Sebuah Strategi

15 Maret 2025   22:22 Diperbarui: 15 Maret 2025   19:13 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan enak dengan harga warteg (Sumber: dokumentasi pribadi Raja Lubis)

Dulu, ya dulu banget, saya suka nggak enakan kalau menolak ajakan bukber. Tapi dalam beberapa tahun terakhir ini, saya mulai selektif menerima ajakan bukber. Kalau sekadar "haha-hihi" tanpa agenda yang jelas, saya biasanya urung untuk bergabung.

Paling hanya bukber bareng teman-teman/komunitas yang memang setahun ke belakang terbilang aktif berkomunikasi dan berkegiatan bareng. 

Sampai dengan hari ke-14 puasa, saya baru bukber sekali saja. Itu pun dengan teman-teman komunitas film, sambil membicarakan kegiatan-kegiatan film yang sudah direncanakan untuk tahun 2025.

Adapun biaya yang dikeluarkan untuk sekali bukber ini mencapai 70.000 rupiah. Angka yang sudah melebihi bujet makan harian yang saya tetapkan.

Khusus bukber di luar rumah, memang sulit sekali untuk dilakukan penghematan. Solusinya hanya satu, ya mengurangi frekuensi bukber.

2. Masak sendiri dan membeli bahan masakan di warung terdekat

Beberapa bahan masakan yang saya beli di warung terdekat untuk sahur dan berbuka puasa (Sumber: dokumentasi pribadi Raja Lubis)
Beberapa bahan masakan yang saya beli di warung terdekat untuk sahur dan berbuka puasa (Sumber: dokumentasi pribadi Raja Lubis)
Saya sudah membiasakan diri masak sendiri untuk menu makan sehari-hari. Tapi khusus Ramadan, saya nggak bisa melakukannya setiap hari.

Terutama di hari kerja, capek rasanya. Pulang pukul 16:30 WIB, kemudian harus bermacet-macetan. Nggak ada tenaga yang tersisa untuk masak. Penginnya begitu tiba di rumah langsung rebahan, sembari menunggu azan Magrib berkumandang.

Tapi seenggaknya di hari libur, saya pasti usahakan untuk masak sendiri. Dan saya membeli bahan masakan di warung terdekat. 

Dari sekian uji coba dengan berbagai jenis bahan masakan, bisa saya simpulkan membeli bahan masakan di warung terdekat jelas lebih hemat daripada membelinya di supermarket.

Meski kadang ada saja item yang lebih mahal di warung, atau ada pula yang lebih mahal di supermarket. Tapi secara keseluruhan, tetap lebih hemat membeli bahan masakan di warung terdekat. Bisa hemat 15-20% untuk bahan masakan yang serupa.

3. Bijak ketika 'war takjil'

Saya nggak terlalu fomo untuk war takjil sebetulnya. Ada segelas air putih hangat atau teh manis, ditambah beberapa butir kurma, sudah cukup untuk menu berbuka puasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun