Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Hati-Hati dengan Topik yang Menyakiti

29 April 2022   16:00 Diperbarui: 29 April 2022   16:04 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bijak memilih topik obrolan saat lebaran/canva.com

Kapan nikah?

Kerja apa sekarang?

Kok belum hamil?

Kapan si aa mau dikasih adik?

Kapan meninggal?

Kecuali yang terakhir, mungkin kita sering mendapat pertanyaan basa-basi seperti di atas saat lebaran. Bagaimana respon kamu kalau mendapat pertanyaan tersebut?

---

Lebaran memang identik dengan tradisi silaturahim. Keliling dari satu rumah ke rumah yang lain. Bahkan dengan tetangga yang sehari-hari jarang bertegur sapa pun, 'terpaksa' saat lebaran harus saling berjabat tangan. Tak lupa disertai dengan ucapan 'mohon maaf lahir batin ya'.

Lha kok, sudah minta maaf saja. Kapan bikin salahnya? Wong ngobrol saja nggak pernah. Tapi ya nggak apa-apa, toh itu kalimat kebaikan. Daripada mengucapkan hal-hal yang berpotensi menyakiti hati. Iya 'kan?

Kapan nikah?

Menurut survey para jomblo setata surya, pertanyaan ini yang paling sering ditemui saat lebaran. Saya sendiri selaku partisipan survey mengakui pernah atau bahkan sering mendapatkan pertanyaan ini. Pokoknya selama belum kawin, pertanyaan ini bakal menghantui terus menerus, lebih menyeramkan daripada teror pocong Mumun.

Awal-awal mendapat pertanyaan seperti ini, saya pribadi biasa saja. Nggak pernah ngerespon dengan tatapan sinis atau rasa tidak suka. Cukup jawab dengan 'insya allah doakan saja'.

Tapi kalau pertanyaannya berlanjut dengan membanding-bandingkan, ini yang nggak terlalu saya suka. Kadang suka dibandingkan dengan sepupu yang usianya lebih muda tapi sudah punya anak dua. Atau dibandingkan dengan om/tante yang nikah di usia muda.

Kerja apa sekarang?

Pertanyaan ini netral saja sebetulnya bagi saya. Tapi sebaiknya memang tidak perlu ditanyakan, karena tidak setiap orang mau berbagi soal pekerjaannya.

Saya punya cerita sewaktu pertama kali saya kerja di bank. Aduh, itu keluarga besar pada ngucapin selamat. 'Alhamdulillah, gajinya gede ya, pinjem uang dong', 'Udah sukses ya sekarang', dan berbagai ucapan baik lainnya.

Saya sih ya sudah aminkan saja. Tapi giliran saya resign dari bank dan mereka tahu, mereka sendiri orang pertama yang menghakimi. Padahal selama saya kerja di bank pun, mereka tidak punya kontribusi sedikit pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun