Mohon tunggu...
Rais Naoval
Rais Naoval Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

(181330000376) Jangan lupa follow IG: @rano_val12 Twitter: @rano_val12 Semoga bermanfaat bagi kita semua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Mengidentifikasi dan Memahami Karakteristik Setiap Peserta Didik di SD

4 November 2019   12:24 Diperbarui: 22 Juni 2021   18:28 4736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Pentingnya Mengidentifikasi dan Memahami Karakteristik Setiap Peserta Didik di SD (unsplash/taylor-wilcox)

Identifikasi Karakteristik Peserta Didik

Identifikasi karakteristik siswa perlu dilakukan berdasarkan landasan yuridis dan teoretik. Pertama Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa pengembangan pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan, dan kepentingan siswa: ( Peraturan Pemerintah. Standar Nasional Pendidikan. 2005.)

Kedua secara teoretik siswa berbeda dalam banyak hal yang meliputi perbedaan fitrah individual: (Salim Bhreisy. Riyadus Sholihin, Bandung: Al Ma'arif,1978:22). 

Disamping perbedaan latar belakang keluarga, sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Jadi setiap pembelajaran guru diwajibkan memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki karakter berbeda-beda dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan teman sebaya.

Dalam kegiatan belajar memiliki sebuah ciri-ciri yaitu interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik yang mempunyai tugas saling mendukung untuk keberhasilan tujuan yang akan dicapai. 

Pendidik bertugas mendampingi atau membantu peserta didik, dan peserta didik bertugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus dan tujuan pembelajaran umum.

Setiap satuan kelas memiliki karakteristik yang berbeda. Heterogenitas kelas menjadi salah satu keniscayaan yang harus dihadapai guru. 

Sebagai pendesain pembelajaran guru harus menjadikan karakteristik siswa sebagai salah satu tolak ukur bagi perencaan dan pengelolaan proses belajar mengajar. 

Proses belajar mengajar di sekolah dasar memiliki corak yang berbeda dengan proses belajar mengajar di sekolah menengah.

Karakteristik siswa itu sesuai dengan tahaptahap perkembangan siswa. Misalnya, keberhasilan dalam bidang akademik di sekolah dasar menjadi hal utama sebagai salah satu pencapaian keberhasilan seorang siswa, oleh karenanya penghargaan terhadap mereka yang memiliki kemampuan akademis tinggi akan sangat dirasakan. 

Sebaliknya bagi mereka yang duduk di bangku sekolah menengah, mulai memiliki pergesaran paradigma terhadap makna keberhasilan belajar. Perkembangan siswa akan berjalan lurus dengan kompleksitas masalah yang dihadapi oleh guru.

Memahami heterogenitas siswa berarti menerima apa adanya mereka dan merencakan pembelajaran sesuai dengan keadaannya. 

Program pembelajaran di sekolah dasar akan berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar, Smaldino dkk: (Beny A. Pribadi, Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses, Jakarta: Dian Rakyat, 2011: 42), mengemukakan empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis karakter siswa: 

(1) Karakteristik umum; (2) kompetensi atau kemampuan awal; (3) gaya belajar; (4) motivasi. 

Berkaitan dengan motivasi sangat diperlukan untuk memberi dorongan bagaimana siswa melakukan akativitas belajar agar menjadi kompeten dalam bidang yang dipelajari. (Ibid: 42).

Pentingnya Mengidentifikasi dan Memahami Karakteristik Setiap Peserta Didik di SD (Sumber: steemit.com)
Pentingnya Mengidentifikasi dan Memahami Karakteristik Setiap Peserta Didik di SD (Sumber: steemit.com)
Karakteristik Secara Umum

Karakteristik umum pada dasarnya menggambarkan tentang kondisi siswa seperti usia, kelas, pekerjaan, dan gender. (Ibid: 43). Karakteristik siswa merujuk kepada ciri khusus yang dimiliki oleh siswa, dimana ciri tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pencapaian tujuan belajar. 

Karakteristik siswa merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing siswa baik sebagai individu atau kelompok sebagai pertimbangan dalam proses pengorganisasian pembelajaran. 

Winkel mengaitkan karakteristik siswa dengan penyebutan keadaan awal, dimana keadaan awal itu bukan hanya meliputi kenyataan pada masing-masing siswa melainkan pula kenyataan pada masing-masing guru. (W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Sketsa, 2014: 153).

Berikut akan dijelaskan tentang perkembangan siswa dari segi usia, fisik, psikomotorik dan akademik bagi anak disekolah dasar.

1. Perkembangan Fisik

Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik lakilaki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. 

Namun setelah usia remaja yaitu 12 13 tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada lakilaki. (Sumantri dkk: 2005). Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu 

(1) Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian ang-- gotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) Struktur Fisik atauTubuh, yang meli-- puti tinggi, berat, dan proporsi: (Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cetakan keenam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013: 259).

Usia 0-5 tahun: Pada masa ini anak suka melakukan gerakan yang bermaca-macam dengan baik, yaitu gerakan berjalan, gerakan berlari, gerakan melompat, dan gerakan berjingkrak, melempar dan menangkap. 

Yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan otot yang semakin besar, perkembangan fisik yang semakin proposional dan koordinasi gerak dan keseimbangan semakin baik.

Usia 5-8 tahun: Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. 

Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD.

Usia 8-9 tahun: Pada usia ini tinggi dan berat badan anak lakilaki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia ini anak perempuan relative sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak lakilaki.

Usia 10-11 tahun: Kekuatan anak laki-laki lebih kuat dari perempuan, Kenaikan tekanan darah dan metabolism yang tajam. Anak perempuan mengalami kematangan seksual yang lebih cepat dibanding anak laki-laki.

Baca juga : Urgensi Bimbingan Konseling di Lingkungan Sekolah Luar Biasa

2. Psikomotorik

Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa kanak-kanak:

a. Usia 3 tahun: 

  • Tidak dapat berhenti dan berputar secara tiba-tiba atau secara cepat.
  • Dapat melompat 15-24 inchi, Dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dengan berganti kaki,
  • Dapat berjingkat

b. usia 4 tahun:

  • Lebih efektif mengontrol gerakan berhenti, memulai, dan berputar,
  • Dapat melompat 24- 33 inchi,
  • Dapat menuruni tangga, dengan berganti kaki, dengan bantuan,
  • Dapat melakukan jingkat 4 sampai 6 langkah dengan satu kaki.

c. Usia 5 tahun:

  • Dapat melakukan gerakan start, berputar, atau berhenti secara efektif,
  • Dapat melompat 28-36 inchi,
  • Dapat menuruni tangga tanpa bantuan, berganti kaki,
  • Dapat melakukan jingkat dengan sangat mudah

d. Karakteristik Perkembangan Psikomotorik pada Masa Anak Besar.

Pada anak besar perkembangan keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:

  • Keterampilan menolong diri sendiri, Anak dapat makan, mandi, berpakain sendiri dan lebih lebih mandiri.
  • Keterampilan bermain, Anak belajar keterampilan seperti melemper dan menangkap bola, naik sepeda, dan berenang.
  • Keterampilan menolong orang lain, Keterampilan berkaitan dengan orang lain, seperti membersihkan tempat tidur, membersihkan debu dan menyapu.
  • Keterampilan sekolah, Mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk menulis, menggambar, melukis, menari, bernyayi, dll.

Baca juga : Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengembangkan Potensi Bakat Peserta Didik di Masa Pandemi Covid-19

3. Perkembangan Akademik atau Kognitif

Karakteristik perkembangan akademik ini dijelaskan dengan menggunakan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget: (Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran: 123).

Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). 

Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working). 

Sementara Gessel menjelaskan bahwa perilaku motorik itu meliputi gerakan tubuh, koordinasi, dan keahlian motorik khusus: (Salkind, 2010: 87).

  • Sensorimotorik (02 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan medorong mengeksplorasi dunianya.
  • Praoperasional (27 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan katakata. Tahap ini pemikirannya yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis.
  • Operational Kongkrit (711 tahun), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.
  • Operasional Formal (1215 tahun). Kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.

4. Perkembangan Psikososial

Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. J. Haighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis, moral dan sosial. 

Menjelang masuk SD, anak telah mengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh social yang lebih kompleks. 

Sampai dengan masa ini, pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanakkanaknya.

Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". 

Mereka merasa "saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap "I can do it my self". Mereka sudah mampu untuk diberikan suatu tugas. 

Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas-kelas besar SD. Mereka dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas-tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya. 

Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara-cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur.

Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. 

Anak-anak yang lebih mudah menggunakan perbandingan social (social comparison) terutama untuk normanorma social dan 4 kesesuaian jenisjenis tingkah laku tertentu. 

Pada saat anakanak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan social untuk mengevalasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri.

Baca juga : Kaca Mata Bimbingan dan Konseling : Pandemi Covid-19 Membatasi Aktivitas Anak Berkebutuhan Khusus

5. Kebutuhan Peserta Didik Siswa SD 

a. Anak SD Senang Bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. 

Guru SD sebisanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. 

Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsure permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

b. Anak SD Senang Bergerak.

Orang dewasa dapat duduk berjamjam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

c. Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok.

Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. 

Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 34 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

d. Anak SD Senang Merasakan dan Melakukan atau memperagakan Sesuatu Secara Langsung.

Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. 

Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsepkonsep lama. 

Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsepkonsep tentang angka, ruang, waktu, fungsifungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. 

Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan member contoh bagi orang dewasa. 

Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. 

Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.

Implikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Dasar

1. Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. 

Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan memungkinkan siswa berpindaha tau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

2. Menurut Havighurst tugas perkembangan anak usia SD adalah sebagai berikut:

1). Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik,

2). Membangun hidup sehat mengenai diri sendiri dan lingkungan.

3). Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya,

4). Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.

5). Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat,

6). Mengembangkan konsepkonsep hidup yang perlu dalam lehidupan.

7). Mengembangkan kata hati, moral, dan nilainilai sebagai pedoman perilaku.

8). Mencapai kemandirian pribadi.

Tugas perkembangan tersebut mendorong guru SD untuk :

1. Menciptkaan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik,

2. Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya berkembang,

3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep; serta

4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilainilai sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.

Pendidikan di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). 

Jadi setiap guru atau pendidik harus memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi karakter setiap peserta didik, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. 

Dan membuat suatu model pembelajaran yang dapat membangun karakter peserta didik menjadi berkembang. Sehingga dapat menyelesaikan tugas dan tujuan yang ditentukan.

Referensi:

Alfin, Jauharoti. 2015. Karakteristik dan Siswa Tingkat Sekolah Dasar. Surabaya: UIN Sunan Ampel. Diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/6485/1/15.%20Analisis%20Karakteristik%20Siswa.pdf. pada tanggal 2 November 2019, jam 22:33 WIB.

Bhreisy, Salim. 1978. Riyadus Sholihin, Bandung: Al Ma'arif.

Peraturan Pemerintah. 2005 . Standar Nasional Pendidikan.

Piaget, Jean. &Barbel Inhelder. 2010. The Psychology of Child . Terj. Miftahul Jannah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Pribadi, Beny A. 2011. Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: Dian Rakyat.

Riyanto, Yatim. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Cetakan ketiga. Jakarta: Prenada Media Group.

Salkind. Neil J. 2010. Teori Perkembangan Manusia Pengantar Menuju Pemahaman Holistik.Cetakan kedua. Bandung: Nusa Media.

Sanjaya. Wina. 2013. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cetakan keenam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Winkel, W.S. 2014. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Sketsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun