Mohon tunggu...
Rainerus Alva Jati Prasetyo
Rainerus Alva Jati Prasetyo Mohon Tunggu... Teknisi - Seorang Teknisi SAP yang mempunyai hobi menulis.

Menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau Ada Waktu Sebentar?

25 Oktober 2019   22:54 Diperbarui: 25 Oktober 2019   23:10 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Facebook-erminsembahulun via solopos.com

Pagi ini aku pacu sepeda motorku, membelah dinginnya udara pagi Salatiga. Hamparan gunung Merbabu tampak menghiasi pandanganku pagi ini, dengan puncak-puncaknya yang tertutupi awan, nampak seperti kopi susu yang diaduk asal.

Matahari yang bersembunyi dibaliknya tampak pelit membagi hangatnya pagi ini. Hembusan angin pagi ini membuat wajahku mati rasa. Untunglah jalanan masih sepi, hanya satu dua Bus-bus besar yang tampak. Aku bergegas ke Semarang.

Aku masih tidak habis pikir, kenapa aku bisa tidak mengontrol emosiku semalam. Semua penat dan kesalku yang selama ini kutahan, kulampiaskan padanya. Bodoh..!! Setelah semua yang dikatakannya benar adanya. Yang dilakukannya hanya menunjukan salahku, dan aku lari. Aku harap dia masih di sana.

Sampailah aku di ruangan itu. Teman-temanku masih di sana, dia masih berada di sana. Kusingkirkan egoku, aku beranikan mendatanginya.

"Kau, ada waktu sebentar?"

Kupandangi wajahnya sekilas, tampak ada raut takut dan ragu pada wajahnya, seakan enggan untuk menerima ajakanku. Terimalah, tolong Tuhan, buat dia menerima ajakanku. Aku memohon dalam hatiku. Aku memberi isyarat padanya untuk mengikutiku, meskipun tampak ragu awalnya, dia akhirnya berjalan mengikutiku.

Kami berhenti di taman, di bawah pohon jati yang tampak tua, namun masih tampak kokoh dengan batangnya yang besar, dan daunnya yang rimbun. Aku membalikan badanku ke arahnya, kulihat raut wajahnya masih tampak sama.

"Soal yang semalam. Aku tidak akan menyerah, aku akan berjuang bersama yang lain. Maaf jika aku sudah membentakmu, kau sudah mengatakan yang benar."

Wajahnya tampak terkejut melihat hal itu, kuperhatikan bibirnya yang sedari tadi tertutup rapat mulai bergerak berbicara secara perlahan.

"Tidak apa, aku juga salah, aku minta maaf. Temanku semalam memberiku nasehat. Terkadang tanpa kita sadari, kita melukai orang yang dekat dan peduli dengan kita. Tetapi, saat kita berpisah, kita merasa kesepian. Hal yang indah seperti bunga mawar, selalu penuh dengan duri. Mungkin aku terlalu dekat dengan duri-duri itu. Namun aku tahu ada bagian yang lembut dari dirimu. Dan ternyata dugaanku itu benar."

Wajahnya yang dipenuhi dengan senyum itu, seolah memberikanku akan harapan baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun