Mohon tunggu...
Raihan Tristan Saputra
Raihan Tristan Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hoaks dan Ujaran Kebencian, Makanan Sehari-hari Masyarakat Indonesia

22 April 2021   10:00 Diperbarui: 22 April 2021   11:48 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hoaks adalah sebutan untuk berita yang sebenarnya adalah sebuah kebohongan akan tetapi dibuat menjadi seolah – olah berita tersebut adalah benar adanya. Tujuan dari hal tersebut tidak lain tidak bukan adalah untuk menebarkan perasaan ketidakamanan, ketidaknyamanan, dan kebingungan yang pada akhirnya membuat masyarakat mengambil sebuah keputusan yang salah. Menurut Silverman (2015) dalam Journalism: A Tow/Knight Report, hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran.

Menurut Werme (2016), hoax adalah berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoax bukan sekedar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, tapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.

Kehadiran Istilah hoaks merupakan sebuah hal yang belum lama didengar oleh telinga orang Indonesia. Akan tetapi penyebutan hoaks sudah cukup lama terdengar oleh masyarakat luar Indonesia. Menurut beberapa sumber, istilah hoaks sendiri baru mulai digunakan sekitar tahun 1808. Kata tersebut dipercaya datang dari hocus yang penggunaannya berarti untuk mengelabui.

Dalam penyebarannya, sudah jelas bahwa hoaks tidak bisa menyebarkan diri mereka sendiri kepada para penerima informasi. Banyak factor yang menyebabkan hoaks tersebar luas di masyarakat meskipun sudah dicoba untuk dihilangkan. Factor – factor yang menyebabkan hoaks tersebar luas antara lain adalah jurnalisme yang lemah, kemunculan internet yang tidak membatasi ruang dan waktu sehingga hoaks bisa tersebar kemanapun dan kapanpun, rendahnya kualitas Pendidikan masyarakat, munculnya media abal – abal dan tingkat literasi yang rendah. Hal – hal tersebutlah yang membuat penyebaran hoaks sangat cepat terjadi dan dalam jangkauan yang sangat luas hingga lintas negara bahkan benua.

Hoaks yang menyebar dengan cepat akan sangat menimbulkan keresahan di masyarakat. Keresahan terjadi ketika masyarakat merasa tidak aman dan tidak nyaman akan suatu informasi. Kebingungan pun akan juga dirasakan oleh masyarakat hingga akhirnya mereka mengambil keputusan yang salah. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat indonesia.

Masyarakat indonesia merupakan orang – orang yang suka menggunakan media sosial. Media sosial sendiri digunakan oleh berbagai kalangan di indonesia mulai dari remaja bahkan anak kecil hingga orang tua bahkan lansia. Menggunakan media sosial seolah sudah menjadi suatu kewajiban bagi masyarakat indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di kota – kota besar. Terbukti dari tingkat kecenderungan yang dialami oleh masyarakat indonesia akan media sosial, bahkan tidak sedikit remaja yang kecanduan.

Dikutip dari kompas, Menurut penelitian yang dilakukan We Are Social, perusahaan media asal Inggris yang bekerja sama dengan Hootsuite, rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial. Dari laporan berjudul "Essential Insights Into Internet, Social Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World" yang diterbitkan tanggal 30 Januari 2018, dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa, pengguna aktif media sosialnya mencapai 130 juta dengan persentasi 49 persen. Sebanyak 120 juta orang Indonesia menggunakan perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet untuk mengakses media sosial, dengan penetrasi 45 persen. Dalam sepekan, aktivitas online di media sosial melalui smartphone mencapai 37 persen.Berdasarkan aplikasi yang paling banyak diunduh, perusahaan media sosial di bawah Mark Zuckerberg mendominasi di tiga teratas. Secara berurutan dari posisi pertama adalah WhatsApp, Facebook, Instagram, dan baru diikuti media sosial buatan Korea Selatan, Line. Berdasarkan rata-rata trafik situs per bulan, Facebook menjadi media sosial paling banyak dikunjungi dengan capaian lebih dari 1 miliar juta pengunjung perbulan.

Dengan kecenderungan penggunaan media sosial yang sangat tinggi (hingga 3 jam lebih per hari), maka tak jarang jika masyarakat Indonesia sering bertemu dengan hoaks yang ditemukan mereka di media sosial. Hoaks seolah – olah sudah menjadi makanan sehari – hari masyarakat indonesia. Maraknya hoaks di Indonesia juga diakibatkan oleh krisis kepercayaan akan media mainstream. Hoaks pun sangat mudah masuk ke masyarakat Indonesia karena karakteristik masyarakat Indonesia yang mudah terprovokasi dan jarang berpikir panjang. Kebanyakan masyarakat Indonesia akan langsung terprovokasi oleh berita – berita hoaks yang ada dan langsung menyebarluaskan ke keluarga dan kerabat dekatnya tanpa melakukan cross check akan kebenaran berita tersebut.

Pada akhirnya hoaks yang menjadi provokator tersebut berhasil memprovokasi masyarakat Indonesia hingga akhirnya memunculkan bermacam – macam kegaduhan. Hoaks tersebut juga biasanya mengandung hate speech atau ujaran kebencian yang kemudian membuat masyarakat terprovokasi. Ujaran kebencian sendiri adalah tindakan komunikasi yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang yang  ditujukan untuk menghasut, memprovokasi dan atau menghina individu atau suatu kelompok. Kasus ujaran kebencian juga sudah menjadi makanan sehari – hari masyarakat Indonesia entah remaja maupun orang dewasa bahkan mereka sering melakukannya.

Kasus ujaran kebencian yang terjadi dalam masyarakat Indonesia kebanyakan berada di media sosial. Tidak sedikit kasus ujaran kebencian yang juga disebabkan oleh berita hoaks yang beredar. Masyarakat Indonesia memang seperti sudah menjadi temab akrab dengan hoaks dan ujaran kebencian. Ini terbukti dengan adanya berita yang membahas tentang adab netizen Indonesia, bahkan mendapat gelar sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Ini deibuktikan dengan serangan – serangan yang mereka arahkan kepada beberapa akun media sosial milik orang lain bahkan ada beberapa yang salah sasaran.

Beberapa kasus ujaran kebencian yang pernah dilakukan netizen Indonesia yang pertama adalah serangan kepada artis korea Han So Hee yang berperan sebagai selingkuhan di salah satu drama korea. Sosok pelakor yang berhasil diperankan dengan baik malah mendapat serangan dari netizen Indonesia yang terbawa suasana hingga beranggapan bahwa ia merupakan pelakor dalam dunia nyata. Para netizen Indonesia pun membencinya dan akhirnya menyerang akun sosial media miliknya dengan ujaran kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun