Mohon tunggu...
raihana kartikasari
raihana kartikasari Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWA

travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Perpustakaan dalam Membangun Budaya Membaca di Masyarakat

31 Juli 2023   00:23 Diperbarui: 31 Juli 2023   00:30 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kelima, cara penyajian yang disukai adalah yang populer, tidak terlalu serius dan disertai dengan ilustrasi gambar. Mengenai jumlah buku yang diterbitkan, suatu laporan Bank Dunia mencatat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang ketinggalan dibandingkan sejumlah negara lain termasuk negara berkembang. 

Pada tahun 1990 Indonesia menerbitkan 1.500 judul buku atau rata-rata 8 judul untuk setiap sejuta penduduk. Pada saat yang sama, Malaysia menerbitkan 203 judul, Philipina 18, India 15 dan Korea 933 untuk setiap sejuta penduduk. 

Menurut laporan itu, jumlah seluruh judul buku yang pernah diterbitkan di Indonesia baru mencapai 60.000, termasuk buku pelajaran yang menguasai 70% pasar perbukuan di Indonesia. Sementara itu, setiap tahun saja, Jepang yang berpenduduk 120 juta menerbitkan 30.000 judul buku dan Inggris yang berpenduduk 57 Juta menerbitkan 50.000 judul buku tiap tahun.

  • Budaya Membaca 

Setelah masyarakat pengguna termotivasi untuk membaca, langkah selanjutnya adalah bagaimana mempertahankan kondisi tersebut dan meningkatkannya menjadi budaya baca. Penekanan pentingnya proses menuju masa literer, merupakan titik tolak dari budaya membaca. Masa literer adalah masa di mana kondisi masyarakat sangat senang membaca dan sudah terbiasa dengan budaya menulis. 

Dalam upaya menanamkan budaya membaca, dapat dimulai dari lingkungan masyarakat yang paling kecil, yaitu keluarga. Perlunya keteladanan dari orang tua untuk senang melakukan aktifitas membaca, akan memberi dampak positif bagi putra-putrinya. 

Karena pada usia dini otak mereka akan merekam isi bacaan apapun yang disampaikan orang tuanya dalam gaya cerita. Hal ini telah dipraktekkan dan menjadi tradisi di Jepang dengan gerakan 20 Minutes Reading of Mother and Child. 

Gerakan ini menganjurkan seorang ibu untuk membacakan anaknya sebuah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum atau sekolah selama 20 menit sebelum anaknya pergi tidur.6) Budaya membaca yang sudah terbangun di masyarakat, tidak hanya menumbuhkan kesadaran membaca, akan tetapi bisa menciptakan rasa mendalam kecintaan pada ilmu pengetahuan, penghayatan isi informasi yang terkandung dalam buku itu serta estetika membaca. Kemampuan membaca inilah yang akan dapat menunjang motivasi untuk belajar, dalam meningkatkan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. 

  • Implikasi

 Dari argumentasi di atas, maka sebagai implikasi dari pembahasan ini ada beberapa faktor penyebab persoalan lemahnya budaya baca, adalah sebagai berikut: Pertama, kurangnya motivasi dan minat untuk membaca pada sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Meskipun ada kecenderungan meningkat, secara umum motivasi dan minat sebagian besar masyarakat kita untuk membaca masih kurang. Ada anggapan luas bahwa tanpa membaca sekalipun, seseorang bisa memperoleh sesuatu atau melakukan sesuatu. Belum ada rasa ketergantungan pada membaca Kedua, menyangkut ketersediaan bahan bacaan. 

Bahan bacaan masih kurang baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Kalaupun bahan bacaan itu tersedia, harganya masih di luar jangkauan sebagian besar masyarakat kita. Ketiga, menyangkut ketergantungan dan kesesuaian bahan bacaan, baik keterjangkauan dari segi fisik (jarak), alam pikiran, isi maupun harga. 

Faktor ini berkaitan juga dengan daya tarik dan cara penyajian bahan bacaan yang ada. Misalnya, buku yang disiapkan untuk usia anak-anak tapi perspektif yang dipakai adalah orang dewasa. Atau buku itu terlalu syarat dengan pesan moral yang menimbulkan kebosanan pada anak atau pembaca lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun