Mohon tunggu...
Rahotni Damanik
Rahotni Damanik Mohon Tunggu... Universitas Kristen Satya Wacana , Fakultas Pertanian dan Bisnis , Progdi Agroteknologi

Saya seorang alumni universitas kristen satya wacana salatiga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Belajar dari Ratu Rayap: Pengorbanan, Koloni dan Makna Kepemimpinan

10 Juni 2025   13:45 Diperbarui: 10 Juni 2025   13:57 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ia tidak cantik, tidak tampak gagah, tidak pernah naik ke permukaan. Tapi tanpa dia, seluruh koloni akan runtuh."

Kalimat itu saya baca dalam sebuah dokumenter tentang serangga sosial dan terus terngiang dalam benak. Ia menggambarkan sosok yang tidak populer dalam dunia binatang, tapi justru sangat vital: ratu rayap. Di tengah hiruk-pikuk kita membahas pemimpin-pemimpin besar dunia, saya jadi teringat sosok mungil dan tersembunyi ini. Ratu rayap-si pengatur koloni, pencipta kehidupan baru, dan simbol pengorbanan dalam diam.

Ratu rayap adalah individu khusus dalam koloni rayap yang bertanggung jawab atas regenerasi dan kelangsungan hidup koloni. Tubuhnya membesar berkali-kali lipat saat matang, hingga kadang tak bisa bergerak. Ia hanya diam di satu tempat, bertelur ratusan hingga ribuan kali per hari.

Sementara rayap pekerja sibuk mencari makanan dan membangun terowongan, ratu berada jauh di dalam sarang. Ia tidak bersosialisasi, tidak pergi kemana-mana, bahkan tidak bisa memberi perintah secara langsung. Tapi tanpa dirinya, tidak akan ada generasi baru. Uniknya, ratu rayap bisa hidup hingga 25 tahun, jauh lebih lama dari kebanyakan rayap lainnya.

Karena dalam sistem yang rumit dan sangat terorganisir itu, kita melihat bahwa kekuasaan dan kepemimpinan tidak selalu identik dengan kontrol, karisma, atau kekuatan fisik. Terkadang, kepemimpinan hadir dalam bentuk tanggung jawab yang besar dan pengorbanan total. Ratu rayap menunjukkan pada kita bahwa menjadi pusat bukan berarti tampil mencolok. Ia menjadi sumber kehidupan, tapi tidak pernah menuntut perhatian. Ia menjadi pusat ekosistem kecil, tapi tidak pernah mencari pujian.

Dalam dunia manusia, kata "ratu" sering dikaitkan dengan tahta, mahkota, kemewahan. Tapi ratu rayap menunjukkan sisi lain: bahwa pemimpin sejati justru adalah yang tidak terlihat, namun dampaknya terasa di seluruh sistem. Bukankah kita juga mengenal banyak "ratu rayap" dalam kehidupan kita?

  • Seorang ibu rumah tangga yang tak pernah muncul di forum publik, tapi mengatur kehidupan rumah tangga dengan penuh cinta dan keteraturan.

  • Guru-guru di desa yang tanpa sorotan media tetap menyalakan cahaya ilmu.

  • Para petugas kebersihan, perawat, petani, yang tanpa mereka, kota dan hidup kita akan lumpuh.

Tentu saja, tidak semua tentang ratu rayap itu indah. Ia hidup dalam gelap, tidak bisa bergerak bebas, dan tubuhnya menjadi 'pabrik' biologis selama puluhan tahun. Kita bisa bertanya: apakah itu pengorbanan atau ketakberdayaan? Namun justru dari keterbatasannya itulah, kehidupan rayap menjadi sistem sosial yang berhasil.

Dalam dunia yang makin terobsesi dengan pencitraan, popularitas, dan penampilan, rayap memberi pelajaran yang membumi secara harfiah. Bahwa kepemimpinan bukan soal siapa yang paling lantang bicara, tapi siapa yang paling setia menjalankan perannya, bahkan ketika tak ada yang melihat. Dan mungkin, kita semua butuh lebih banyak "ratu rayap" di tengah hiruk pikuk dunia ini yang bekerja dalam diam, tapi menyalakan kehidupan.

Dalam dunia yang semakin ribut oleh pencitraan, rayap mengajarkan kita bahwa kekuatan sejati bisa hadir dalam keheningan. Ratu rayap tidak bicara, tidak memimpin dengan perintah, dan bahkan tidak pernah terlihat, tapi dari diamnya, sebuah sistem kehidupan yang kompleks bisa terus berjalan.

Dari seekor makhluk kecil yang hidup dalam tanah, kita belajar bahwa kepemimpinan tak selalu berarti menjadi yang paling menonjol, tapi menjadi yang paling bertanggung jawab, bahkan ketika tak ada yang melihat. Pengorbanan, ketekunan, dan dedikasi dalam diam, itulah bentuk kepemimpinan yang paling murni.

Mungkin kita tidak perlu menjadi ratu rayap, tapi dunia ini butuh lebih banyak orang yang bekerja dengan semangat seperti dia: diam, tapi berdampak besar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun