Mohon tunggu...
Rahmayanti Yanuariadi
Rahmayanti Yanuariadi Mohon Tunggu... -

Love family, writing, and art&cultural. "Promote the East Kalimantan ethnic fashion products to the world".\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ibu dalam Kenangan Kami

11 Agustus 2012   04:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:57 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentar lagi 25 Agustus 2012, kalau ibunda masih ada beliau akan berusia 78 tahun. Namun Allah SWT memanggilnya 4 tahun lalu tatkala ibu berusia 74 tahun.  Semoga ibundaku tercinta Hj. Rr. Sri Djuhariah binti R. Sajono Mangkoesapoetro diterima di surga sang Pencipta Al-Khaaliqu.

Kami memanggilnya “Ibu”. Masa kecil kami habiskan bersama ibu di Samarinda, tempat Bapak kami bekerja. Ibu seorang pekerja-keras, punya semangat tinggi. Sejak kami kecil, kami sudah ditunjukkan bahwa seorang ibu juga bisa bekerja di luar rumah. Ketika itu Ibu menjadi anggota DPRD Kaltim.  Bila diajak Bapak ke Jakarta, Ibu tidak tinggal diam. Ia belajar macam-macam, dari memasak aneka kue dan masakan, hingga kursus kecantikan. Dan sekembali di Samarinda, Ibu mengajarkan ilmu yang didapatnya ke handai taulan.

Ia seorang yang sederhana. Jika berdandan necis tidak berlebihan, begitu pula make-up yang dikenakannya –lembut saja. Kami anak-anak yang perempuan Emma, Emi, dan Deni rupanya tidak sadar meniru beliau.

Ibu serba bisa: kerja, berorganisasi, mengurusi taksi angkutan (ibu pernah memiliki usaha taksi kota), main organ electone (meski tidak ahli), rajin olahraga taichi, hingga memasak dan merawat tanaman. Perhatian Ibu kepada saudara-saudara keluarga besar pun tak terkira.

Kami diajari berani menghadapi apapun. Karena kami masih kecil, kami diajari berani menerima dan menjawab tamu yang tiba-tiba datang di pintu depan. Tak terasa, itu melekat sampai sekarang, bahwa kita mesti berani menghadapi apa yang ada di hadapan kita.

Ketika kami di usia SMA, satu-satu mulai berpencar; Gun, Emma, Emi sekolah SMA di Malang dan Surabaya. Deni dan Tias bersama Bapak Ibu ke Medan. Hingga terakhir Ibu bersama Bapak ke Jakarta menghabiskan masa tuanya.

Kesan kami:

Gunawan: “Ibu sangat tau kesukaan anak-anak, terutama makanan. Ibu pintar sekali masak, apa saja bisa. Masakan Ibu enak sekali. Kalau aku minta dibuatkan gudeg dan Bali Telur pasti cepat dibikinkan. Dan itu bikin aku selalu kangen Ibu, karena aku selalu jauh dari Ibu waktu pendidikan dan setelah kerja.”

Emma, Emi, Deni: “Ibu tidak pernah nyuruh masak, hanya saja ibu bilang, “Kamu lihat saja cara ibu masak, nanti kan bisa sendiri”.“  Dan itu benar, hingga sekarang kami masih teringat bagaimana cara ibu membuat pudding leci --yang populer sering kami buat hingga kami sudah punya anak-anak sampai sekarang ini; kami jadi tahu cara membuat gudeg dengan panci tekanan tinggi. Dan yang masih terbayang hingga sekarang enaknya ayam bumbu rujak dan udang Galah panggang bumbu rujak buatan Ibu –menu yang satu ini, wah, kami ga bisa niru persis seperti yang Ibu buat.

Emma: “Ibu selalu tut wuri handayani dan tidak memaksakan kehendak pada anak-anak.”

Emi: “Dulu aku sering sakit kepala. Dan Ibu selalu siap memijat kepalaku yang sakit. Ibu yang memayeti baju brokat putih untuk nikahku. Ibu yang menunggui kelahiran anak pertamaku (Nugra) di rumah sakit Islam Jakarta –waktu itu ibu belum sakit.

Deni:”Ibu selalu mengajarkan kepada kami harus mandiri,harus bisa semua,termasuk urusan pekerjaan rumah tangga.Ternyata itu bermanfaat sekali ketika aku ternyata harus kost sendiri di kota Medan untuk menyelesaikan sekolah di FK USU,ketika bapak pindah tugas ke Jakarta”.

Tias: Ibu sangat luar biasa dalam segala hal, baik dalam urusan rumah-tangga, pekerjaan, maupun dalam orgnisasi. Ibu sangat perfect 

Jerih Ibu, kasih sayang Ibu, pelajaran yang Ibu berikan tak akan pernah habis terbalas, tak akan pernah habis terbayar.  Ini yang membuat kami sangat kehilangan Ibu, bagaimana mesti membalas semuanya.

Ya Allah, kami sangat mengerti bahwa makhluk ciptaanMu akan Engkau panggil kembali.  Insya Allah, Ibu berbahagia di sisi Allah SWT. Selama hayat kami dikandung badan, selama itu pula doa anak kepada kedua orang-tua dilafalkan.  Semoga Engkau memasukkan Ibu kami ke surgaMu.

Allahummaghfirlaha warhamha wa’afihi wa’ fu ‘anha”. Ya Allah ampuni ibu kami, limpahkan rahmah- kasih- sayang Mu baginya, sejahterakan dan maafkan dia, ya Allah, di sisi Mu. Aamiin, ya Robbal ‘Alamin.

Anak-anak: Gun, Emma, Emi, Deni, Tias.

22 Februari 2008 ibu telah pergi ke pelukan Allah Sang Pencipta.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun