Mohon tunggu...
Rahmat Suradi
Rahmat Suradi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang memiliki ketertarikan dalam multidisiplin dan lintas ilmu, seperti ranah komunikasi, pendidikan, filsafat, politik, isu teraktual, kuantum, sepak bola, desain interior dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Gaya Investasi Defensif Gen-Z pada Bank Big Cap

8 November 2022   23:26 Diperbarui: 8 November 2022   23:32 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak pandemi covid-19 yang merebak pada tahun 2019-2021 lalu, seluruh dunia mau tidak mau harus bertransformasi lebih cepat dengan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. 

Begitu juga dengan dunia investasi, semenjak adanya pameo "work from home" (wfh), banyak muncul sekuritas-sekuritas yang menggandeng influencer untuk menggaet perhatian anak muda, terutama Gen Z. Sebut saja perusahaan sekuritas seperti Stockbit, Panin, Bibit, Ajaib dan lain-lain. Sekuritas tersebut bersaing secara ketat satu sama lain dengan berbagai strategi yang dilakukan guna mendapatkan investor baru dari kalangan Gen Z.

Sebab Gen Z adalah segmentasi paling menjanjikan dalam jangka waktu yang cukup panjang ke depannya. Meningkatnya minat para anak muda ini terhadap investasi juga tak terlepas dari peningkatan penggunaan smartphone selama stay at home. Hal ini membuat saham sebagai salah satu instrumen investasi yang populer mulai uptrend.

Nah, karena Gen Z adalah generasi yang terbiasa hidup dalam dunia serba digital, mayoritas dari mereka memiliki karakter berinvestasi defensif. Seperti tidak ingin repot, tidak ingin banyak resiko, dan berorientasi pada media dalam berinvestasi. 

Tentu saham yang dijuluki bluechip adalah salah satu kelompok saham yang bisa direkomendasikan oleh para influencer saham. Sebab saham blue chip ini adalah saham dengan big cap yang sangat besar dan cenderung stabil secara harga. Namun, lebih mahal dan tidak cocok untuk melakukan trading demi mendapatkan keuntungan (gain) dalam jangka waktu yang pendek.

Diantara beberapa saham bluechip itu yang populer adalah saham sektor perbankan dengan big cap besar, seperti Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BCA. 

Jadi, saham-saham dari perusahaan perbankan inilah yang menjadi alat bagi para influencer untuk mempengaruhi Gen Z untuk mau berinvestasi di sekuritas yang Ia promosikan. Namun, dalam berinvestasi tentu kita tidak hanya asal memilih diantara beberapa saham yang sudah direkomendasikan. 

Ada beberapa konsiderasi yang bisa dipikirkan secara matang sebelum berinvestasi, salah satunya adalah dengan melakukan analisis fundamental, yaitu menganalisis sebuah perusahaan secara menyeluruh untuk melihat kuat atau tidak fondasinya. 

Kemudian, jangan takut cutloss, dan pasang target profit yang lumayan, bukan luar biasa. Khusus untuk analisis fundamental tentu hal ini tergolong ribet bagi investor pemula, misalnya Gen Z. 

Oleh karena itu, dalam artikel ini kita berusaha belajar untuk menilai suatu perusahaan secara bertahap. Kita bisa memulai dengan merencanakan untuk membeli saham dari perusahaan yang kita kenal. Ini disebut sebagai hukum Lynch, dimana kita bisa mengalahkan para pakar dengan berinvestasi pada perusahaan yang sudah kita pahami dan kenal. 

Salah satu cara termudah yang dilakukan Gen Z adalah dengan melihat kualitas pelayanan dan iklim organisasi yang menjalankan perusahaan tersebut. Misalnya, kita bisa melakukan observasi maupun wawancara dengan para nasabah dan karyawan dari salah satu Big Cap Bank di Indonesia. Kita ingin mengetahui bagaimana kualitas pelayanan dan iklim organisasi dimana regulasi dan program yang mengikat para karyawan dan nasabah menghasilkan peningkatan kinerja dan laba perusahaan tersebut.

Lalu, hasil observasi dan wawancara kita akan semakin matang dengan tambahan referensi kita sendiri sebagai salah satu nasabah serta juga membaca beberapa jurnal yang meneliti perusahaan tersebut. Namun, jangan sampai para Gen Z terjebak dalam home bias. 

Dalam buku yang ditulis oleh Benjamin Graham, yaitu The Inteligent Investor, disana Graham mengatakan bahwa jangan terjebak dengan keakraban dengan suatu perusahaan, karena semakin kita akrab dengan sesuatu maka kita juga akan semakin lengah dengan kelemahan dari detailnya. 

Jadi, sebelum melangkah lebih lanjut dalam melakukan analisis fundamental terhadap beberapa Bank big cap yang sudah tergolong saham blue chip, kita perlu mengenal suatu perusahaan tersebut tanpa terlena dengan home bias. 

Gen Z bisa mengatasinya dengan berkomitmen sebagai investor defensif untuk jangan sampai berubah menjadi investor malas, yang berpikir tidak ada yang perlu dilakukan hanya karena kita sudah mengenal akrab perusahaan tersebut sejak lama. 

Belajarlah melakukan analisis fundamental, melatih psikologi sebagai investor dan mulailah memahami bagaimana pasar modal berjalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun