Mohon tunggu...
Rahmat Sahid
Rahmat Sahid Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis

Wong Kebumen, ceker nang Jakarta, kandang nang Bekasi, Penulis Buku Sisi Lain pak Taufiq & Bu Mega, Penulis Buku Ensiklopedia Keislaman Bung Karno

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandri: Maling Nyaru Santri

17 Januari 2019   12:16 Diperbarui: 17 Januari 2019   12:40 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, barang kali inilah yang dikirim Tuhan, doa kita untuk punya mantu pemuda santri akan dikabulkan"

"Maksudnya, bapak mau menjadikan anak muda yang baru ketemu ini sebagai anak mantu?" tanya Bu Tiwi dengan keraguan.

"Ibu jangan su'udzon dong. Bagaimana kalau ternyata benar bahwa anak muda yang baru datang itulah mantu ideal yang selama ini kita idamkan"

"Saya sih bukan su'udzon Pak, tetapi apakah kita tidak coba selidiki dulu silsilah anak muda itu sebelum kita ambil keputusan" timpal Bu Tiwi meyakinkan suaminya untuk mempertimbangkan dulu sebelum ambil keputusan.

"Ngapain diselidiki silsilahnya bu, lha wong dia yatim piatu kok. Kita percaya saja karena anak muda itu santri, pasti jujur, pasti pinter ngaji" jawab Pak Toro.

"Ya sudah kalau Bapak sudah yakin, saya ikut saja bagaimana yang terbaik untuk kita dan terbaik untuk anak kita" Bu Tiwi akhirnya mengalah sambil kembali mengikuti suaminya masuk ruangan depan menemui tamunya.


 "Nak Sandri...." kata Pak Toro

"Begini, Nak Sandri kan sudah cukup lama ngaji, sudah punya pengalaman ngajar di pesantren. Bagaimana kalau nak Sandri tidak usah mencari pekerjaan" lanjut Pak Toro.

"Maksudnya bagaimana Pak..." tanya Sandri, pura-pura penasaran meski dalam hatinya mulai ada kepuasan karena jebakannya dipercaya oleh Pak Toro dan Bu Tiwi.

"Tanpa bermaksud mengurangi niat Nak Sandri untuk mencari tantangan baru di Jakarta, kamu punya niat bagaimana kalau Nak Sandri di nanti tinggal di sini, menjadi anak mantu kami.Nak Sandri nanti bisa mengelola asset kami, sekaligus bisa mengamalkan ilmunya mengisi pengajian atau ngajar ngaji di masjid komplek sini"

Pucuk dicinta ulampun tiba. Dengan dag dig dug membayangkan bagaimana nanti ketika diminta ngajar ngaji atau mengisi pengajian, Sandri dalam hatu antusias karena skenarionya berhasil. Dalam otaknya, Sandri membayangkan yang terpenting adalah misinya menjadi anak mantu pasangan Toro-Tiwi berhasil, langkah berikutnya menguasai asset-asetnya. Soal dalam perjalanan menjadi anak mantu terbentur dengan tugas atau rutinitas keagamaan, itu bisa disiasati di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun