Mohon tunggu...
Rahmat NurMadani
Rahmat NurMadani Mohon Tunggu... Guru - Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan

Pendidikan Fisika Universitas Indraprasta PGRI angkatan 2018 | D3 Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta angkatan 2013 | Pengurus Komunitas Pembuat Jejak 2017-sekarang | Kepala Divisi Kajian dan Strategi Departemen Sosial dan Politik BEM PNJ 2015/2016 | Kepala Departemen Sosial dan Politik Himpunan Mahasiswa Mesin PNJ 2014/2015

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perbaikan Karakter Masyarakat sebagai Solusi Permasalahan Sampah

12 Mei 2020   15:25 Diperbarui: 12 Mei 2020   16:27 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI diambil dari katadata.co.id 

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses, dan dilepaskan ke alam dalam bentuk padatan, cairan, atau gas. Sampah umumnya dikategorikan menjadi 3 jenis, yaitu sampah organik, anorganik, dan beracun.

Sampah organik seperti bangkai hewan misalnya, cenderung dapat terurai secara alami dalam waktu relatif singkat. Sedangkan sampah anorganik seperti plastik, jauh lebih sulit untuk diuraikan dan butuh ratusan tahun bagi alam untuk menguraikannnya.

Terakhir, sampah beracun seperti limbah pabrik, limbah radioaktif, dan bekas kegiatan farmasi membutuhkan penanganan khusus dalam menguraikannya, tidak bisa dibuang ke sembarang tempat.

Sampah beracun tidak akan saya bahas lebih jauh disini mengingat jarang digunakan oleh masyarakat awam. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang berada di kota besar, sampah merupakan masalah yang amat kompleks.

Tingkat produksi sampah yang tinggi, misalnya Jakarta yang menghasilkan 8 Kilo Ton Sampah per hari (Dinas LH DKI, 12/8/2019), mekanisme penanganan sampah yang buruk, dan kebiasaan sebagian masyarakat yang membuang sampah sembarangan merupakan beberapa hal yang masih menjadi masalah di negara kita.

Apabila memfokuskan pada hubungan antara sampah dan masyarakat, setidaknya terdapat 2 masalah utama yang menjadi perhatian saya, yaitu tingkat produksi sampah dan kebiasaan membuang sampah sembarangan. Dinas LH DKI mencatat bahwa pada tahun 2019, sekitar 60% sampah yang ada di Jakarta dihasilkan dari hunian masyarakat.

Hal ini menunjukkan bahwa dari total produksi sampah Jakarta, lebih dari setengahnya di produksi dalam rumah-rumah kita. Sampah sebanyak itu ada yang berasal dari sisa kegiatan memasak, bekas bungkus makanan, silahkan sebut sendiri, dirumah kita banyakkan contohnya?

Sampah sebanyak itu (yang jumlahnya 8 Kilo Ton/Hari), diangkut ke beberapa TPS (sebagian besar ke TPST Bantar Gebang) dan jumlah yang sedemikian besar ini menjadi masalah yang nyata dihadapan kita. Terbukti  dalam 9 tahun terakhir, rata-rata terdapat 12,33% (sekitar 863 Ton) sampah yang tak terangkut per tahunnya. Di antaranya dapat kita temukan dipinggir jalan dan berenang ria di sungai-sungai.

Pemerintah memang sudah semestinya mencari solusi atas permasalahan tersebut, namun apabila perbaikan yang dilakukan pemerintah tidak dibarengi dengan kesadaran dan langkah nyata dari masyarakatnya sendiri untuk menangani hal ini, saya ragu masalah sampah ini akan dapat terselesaikan.

Produksi sampah rumah tangga memang tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, tapi dapat dibatasi atau dikendalikan. Kita dapat melakukan pengendalian sampah dari dalam rumah kita sendiri dengan beberapa cara, diantaranya :

1. Biasakan membawa kantung kain saat berbelanja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun