Mohon tunggu...
rahmat hidayat zein
rahmat hidayat zein Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku Menthawafi Kehidupan, Menziarahi Kemanusiaan

Lelaki biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bekas yang Membekas dan Terbawa ke Mana-mana

28 Agustus 2019   09:43 Diperbarui: 28 Agustus 2019   10:04 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbeda ketika yang ada di depan kita itu orang yang open mind, pasti kita akan merasa memperoleh banyak wawasan. Sehingga tabungan pengetahuanpun semakin bertambah. Pikiranpun tersegarkan dengan mantap. Pikiran kita jadi ikut terbuka pula.

***

Di samping membuat pikiran buntu, tidak sehat dan spaneng, orang yang hanya punya bahasan yang itu-itu saja (tema pilpras pilpres tok), akan berakibat lainnya yang lebih buruk. Salah satunya, menurut hasil pertapaan saya di pinggir Sungai Brantas beberapa malam silam hehehe, adalah respon yang salah kaprah dalam memandang berbagai peristiwa akhir-akhir ini.

Peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, yang mana? Banyak sekali. Wabil khusus peristiwa yang ramai di media massa dan sosial, yang punya hubungan dengan isu agama dan politik. Saya catat ada dua: pendapat tentang salib oleh UAS dan demo besar-besaran masyarakat Papua menuntut merdeka karena ada perlakuan rasis kepada mereka.

Saya tidak perlu menguraikan secara terperinci satu persatu peristiwa yang viral itu, sebab Sodara-sodara bisa langsung browsing. Beberapa portal sudah memuat berita itu dengan panjang lebar. Sodara harus membaca semuanya jika ingin paham duduk persoalan yang sebenarnya.

Paling tidak setelah Sodara membaca semuanya, kemudian membaca komentar-komentar netizen di media sosial, akan langsung merasakan keanehan. Aneh yang saya maksud, bahwa dua peristiwa yang kini belum tuntas bahasannya tersebut, mendapat komentar yang terpecah. Dan lagi-lagi aroma keberpihakan pada 01 dan 02, masih nampak bergelora.

Komentar atau pandangan yang masih ada afiliasi kadaluarsa pada kontestan pilpres tersebut membuat pemikiran mereka tidak jernih. Kepada UAS, maka yang terbaca ada dua arus besar: membenci dan membela. Yang membela, sudah jelas dari afiliasi mana, begitu pula yang membenci.

Pun demikian pada kasus Papua, arus besar itu terpecah dua: mengharap Papua dipertahankan agar terintegrasi dengan NKRI dan mendukung agar Papua merdeka sebab sudah tidak ada keadilan lagi di negeri ini. Yang mendukung Papua merdeka sudah jelas siapa mereka, dan yang mengharap tetap dalam persatuan NKRI itu juga jelas dari mana.

***

Kemerdekaan berpendapat memang anugerah demokrasi yang patut dijunjung tinggi. Setiap orang tak boleh membatasi kemerdekaan berpendapat itu. Apapun isinya, apapun keinginannya, tak boleh ada yang membonsainya, kecuali yang tidak sesuai pasal hukum yang berlaku.

Namun kalau kita mau merenung lebih mendalam, bahwa dua arus yang kini selalu muncul di media sosial itu, lama kelamaan akan menggulung laksana bola salju yang semakin besar, jika terus didiamkan. Ketika semakin membesar, maka akan semakin sulit lagi usaha untuk saling merekatkan. Menyatukannya kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun