Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Freshgraduate Psikologi UST

Psychology enthusiast, penulis dan pembaca, masih terus mencari definisi "manusia" secara utuh.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suarakan Hari Kesehatan Mental Dunia bagi Mereka yang Terjebak Krisis Kemanusiaan

10 Oktober 2025   23:00 Diperbarui: 10 Oktober 2025   23:00 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mereka yang terjebak konflik kemanusiaan sering kali menghadapi isu kesehatan mental juga. Ilustrasi: Pexels.com/Ahsanul Haque Z

Di sisi lain, stigma budaya juga menjadi penghalang besar. Dalam banyak masyarakat yang dilanda perang, gangguan mental masih dipandang sebagai tanda kelemahan atau kurangnya iman. 

Banyak orang enggan mencari pertolongan karena takut dianggap "tidak kuat" atau "tidak bersyukur," padahal mereka sedang berjuang menghadapi trauma berat.

Masalahnya semakin rumit karena keterbatasan sumber daya manusia. Jumlah psikolog dan konselor profesional di wilayah konflik sangat minim. Bahkan di beberapa daerah, hampir tidak ada sama sekali. 

Dokter umum atau relawan kemanusiaan sering harus merangkap peran sebagai pendengar dan penolong emosional bagi para korban.

Namun, penelitian dari WHO menunjukkan bahwa dukungan psikososial dini dapat menurunkan risiko depresi dan PTSD hingga 40%. Temuan ini menegaskan bahwa memberikan ruang aman, mengadakan kegiatan kreatif, atau sekadar mendengarkan cerita para penyintas merupakan bantuan nyata untuk kesehatan mental mereka

Di tengah reruntuhan dan kehilangan, perhatian kecil terhadap kesehatan mental dapat menjadi jembatan menuju pemulihan yang lebih manusiawi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun