Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Freshgraduate Psikologi UST

Psychology enthusiast, penulis dan pembaca, masih terus mencari definisi "manusia" secara utuh.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenali Crashing Out: Ledakan Emosi yang Tak Layak Jadi Tren

5 Juli 2025   14:08 Diperbarui: 5 Juli 2025   14:08 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber:Pixabay.com/Engin_Akyurt 


Bahkan, menurut laporan The Guardian (2025), lebih dari 50% konten TikTok bertagar kesehatan mental terbukti mengandung misinformasi. Ini memperkuat kekhawatiran bahwa menjadikan "crashing out" sebagai tren dapat menyesatkan persepsi publik tentang kesehatan mental dan strategi coping yang sehat.

Segala sesuatu dari sosmed terkadang tidak valid dan berdampak buruk bagi kesehatan mental. Ilustrasi. Sumber:pixabay.com/MatteoBaronti 
Segala sesuatu dari sosmed terkadang tidak valid dan berdampak buruk bagi kesehatan mental. Ilustrasi. Sumber:pixabay.com/MatteoBaronti 

Risiko yang Tidak Terlihat


Di balik tampilan "relatable" dan simpati warganet, crashing out membawa risiko besar jika tidak ditangani dengan benar. Salah satu bahaya utamanya adalah kecenderungan untuk melakukan self-diagnosis yang keliru. 

Ketika seseorang menganggap ledakan emosi sebagai hal biasa, mereka mungkin tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka sedang mengalami gejala awal dari gangguan seperti depresi atau gangguan kecemasan.


Selain itu, menjadikan crash out sebagai cara meluapkan emosi dapat membentuk kebiasaan coping yang tidak sehat. Alih-alih membangun mekanisme pengelolaan stres jangka panjang, seseorang justru terbiasa menunggu sampai mereka benar-benar "jatuh" untuk kemudian mencari bantuan.


Lebih parah lagi, jika momen-momen emosional itu terus-menerus dipublikasikan demi mendapat validasi sosial, maka individu tersebut bisa tanpa sadar mengeksploitasi rasa sakitnya sendiri demi perhatian dan ini sangat berisiko terhadap kesejahteraan mental jangka panjang.


Seperti dijelaskan WHO (2023), kesehatan mental sejatinya mencakup kemampuan untuk berfungsi secara sosial, emosional, dan kognitif secara seimbang bukan hanya sekadar mengekspresikan perasaan.


Tanda Kamu Sedang Menuju Crashing Out


Mengenali gejala awal sebelum benar-benar meledak secara emosional adalah langkah penting dalam pencegahan. Jika kamu merasa sangat lelah bahkan tanpa aktivitas fisik yang berat, itu bisa jadi sinyal awal kelelahan psikologis. 

Perasaan ingin mengasingkan diri secara ekstrem, bukan karena ingin menyendiri tapi karena tidak mampu bersosialisasi, juga menjadi indikator yang patut diwaspadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun