Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bonus Demografi Indonesia dan Harapan Kita pada Gen Z yang Sadar Kesehatan Mental

17 Mei 2022   05:03 Diperbarui: 17 Mei 2022   05:09 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 


Perlu kita ketahui bahwa setelah negara dengan keberhasilan bonus demografi tersebut mencapai puncak kejayaannya, banyak masalah terkait psikologi seperti tekanan kerja, kesepian dan depresi yang seperti terjadi di negara Korea atau Jepang sehingga meningkatkan angka kematian karena bunuh diri disana. Oleh karena itu, kemampuan dan kesadaran akan kesehatan mental sangatlah penting baik saat bonus demografi atau sesudahnya.


Namun ada hal yang perlu dievaluasi sebelum generasi muda yang sadar akan kesehatan mental ini dilepas ke dunia kerja. Evaluasi yang perlu diperhatikan tentang terkait snowflake generation yang sering "mengkambing hitamkan" tentang isu-isu kesehatan mental demi kemalasan mereka saja. 

Beberapa generasi Z yang terindikasi sebagai snowflake generation ini tentu merasa bahwa masalah sepele yang sebenarnya dapat dilalui dengan mudah pada akhirnya mereka menyangkutkan dengan isu psikologi yang hanya diambil "kulitnya" saja dan tidak mencari tahu lebih dalam lagi tentang isu tersebut.

Baca juga artikel berikut : Gen-Z, Antara Generasi yang Sadar Kesehatan Mental atau Hanya Strawberry dan Snowflake Generation?

Kesalahan karena terlalu subjektif dan mengambil informasi karena sedang "booming" saja tanpa melihat sumber referensi yang kredibel menjadi masalah bagi generasi muda ini. Walaupun tidak semua tapi kita perlu benahi hal tersebut demi terciptanya generasi yang ideal dan siap untuk menghadapi bonus demografi kita.


Untuk masalah ini yang pertama kita harus sadari adalah memperluas wawasan kita tentang dunia psikologi. Tidak cepat mempercayai isu-isu kesehatan mental dari "kata orang" tanpa disertai dengan pencarian fakta sebenarnya, harus segera dihilangkan. Perbanyak literasi serta tidak cepat mengaitkan hal tersebut dengan isu psikologi yang sedang "booming" bisa menjadi suatu saran bagi genarasi muda yang ingin benar-benar paham akan isu kesehatan mental dan psikologi.


Lalu setelah selesai masalah tersebut kita dapat mengembangkan para generasi muda yang sudah tidak terindikasi sebagai snowflake generation ini dan secara matang sadar akan kesehatan mental maka kita harus mengembangkan segala kompetensi yang kita miliki sebagai generasi muda. Segala macam pengetahuan terkait self-improvement harus segera diaktualisasikan guna meningkatkan kualitas diri.


Self-Improvement yang merupakan salah satu bagian dari dunia psikologi harusnya jadi acuan dan jadi suatu hal yang harus dikenal banyak anak muda. Penyakit psikologis yang berat dan juga perilaku toksik lainnya harusnya juga dipelajari sebagai pendamping saja dan juga harus disertai pendalaman pada referensi yang valid tanpa adanya pengetahuan yang asalnya entah darimana.


Optimisme kita pada pengetahuan kesehatan mental dan psikologi seharusnya dapat memberi kita kesiapan agar Bonus Demografi dapat memberi manfaat yang lebih baik. Dan sebagai bagian dari generasi muda, sudah sepatutnya kita mengambil bagian pada sejarah bangsa kita.

 Masa-masa sekarang bukan waktunya berleha-leha dan rebahan santuy saja karena zaman sudah enak. Pada zaman kebangkitan nasional, para pahlawan telah menunaikan tugasnya memerdekakan bangsa kita dan sekarang waktunya zaman kita menunaikan tugas kita memajukan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun