Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Kata "Jodoh" Menggunakan Pandangan Psikoanalisis Freud

7 Maret 2022   17:02 Diperbarui: 7 Maret 2022   17:08 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 

Jodoh banyak dimaknai sebagai seorang yang akan melengkapi hidup kita, menyayangi kita, memberikan cinta yang cukup, dan menemani kita sampai akhir hayat. 

Namun kian maraknya perselingkuhan dan perceraian yang ada di masyarakat kita ini membuat kata jodoh menjadi suatu definisi yang agak kabur dan sulit dijelaskan.

Memaknai Jodoh Menurut Pandangan Psikoanalisis Freud

Sebenarnya jika kita menjelaskan arti kata jodoh menurut pandangan psikologi khususnya aliran psikoanalisis yang digagas oleh Sigmund Freud, membawa kita pada kesimpulan bahwa jodoh merupakan sebuah tujuan pencarian pasangan yang didasari oleh dorongan seksual semata.

 Seksual menurut Freud merupakan dorongan yang utama dalam perkembangan perilaku dan karakter yang akan datang nantinya, konsep ini diberi nama psikoseksual.

Sigmund Freud (1856-1939), pendiri aliran psikologi psikoanalisis. Sumber : pixabay.com
Sigmund Freud (1856-1939), pendiri aliran psikologi psikoanalisis. Sumber : pixabay.com


Seks yang dimaksud oleh Freud tidak mencakup hal sempit pada hubungan kelamin antara dua individu namun pada perilaku bawaan yang menyertainya, baik saat ingin mendapatkannya maupun kenikmatan setelah melakukannya. 

Hal-hal lain seperti mendapat keamanan dan kenyamanan jika berada di dekat partner seks tersebut juga mendasari terbentuknya konsep ini.
Bahkan dalam teorinya, Freud menjelaskan bahwa beberapa perilaku yang menghasilkan kenikmatan merupakan suatu bentuk seks dan itu sudah ada sejak kita masih kecil. 

Karena teori psikoanalisis yang lebih mengedepankan dorongan primitif ini maka teorinya disebut juga teori pesimistik.

Hal tersebut dibahas pada konsep perkembangan individu yang terbagi menjadi lima fase (fase oral, fase anal, fase falis, fase laten, dan fase genital).

Setiap fase tersebut memiliki pusat kepuasan seksual yang berbeda seperti pada fase oral pada mulut karena fase awal tersebut bayi pertama kali makan, lalu ada fase anal yang ada pada anus karena fase ini awal dari bayi dapat membuang kotoran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun