Mohon tunggu...
Rahmat tawakkal
Rahmat tawakkal Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Nama. : rahmat tawakkal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dunia Visualku Tak Seindah Dunia Nyataku

22 Mei 2019   12:19 Diperbarui: 22 Mei 2019   12:34 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mayanisasiku ibarat candu narkoba yang tak terhenti untuk mengonsumsinya .

Di abad 21 ini lebih di kenal dengan era modernitas.  Di era ini kita mulai bergelut pada dimensi yang berbeda . intensitas ruang dan waktunya lebih banyak di dimensi lain yaitu dunia visual ( maya ) daripada dunia nyata. Berbagai hal yang tercipta dari perubahan -- perubahan sosial dalam masyarakat yang setiap saat dapat mengkonstruk perilaku masyarakat . kehabitusan dalam masyarakat tidak lain mengikut pada apa yang menjadi kebiasaan -- kebiasaan yang tercipta di lingkungannya , misalnya , hadirnya handphone pintar atau biasa di sebut android , perlahan -- perlahan masyarakat akan meninggalkan handphone yang lama karena sudah ada yang lebih relevantif dan lebih canggih..Kehidupan di era modernitas semuanya berbasiskan onlinesitas , hampir segala aspek sudah berbasis virtualisasi . ke -- simulacraan tercipta sebagai dunia replica atas dunia nyata. Dalam dimensi ini , kita hanya berinteraksi melalui corong dimensi virtual , jadi berasa seperti yang jauh terasa dekat , dan dekat terasa jauh.

Hadirnya suatu replica kehidupan yang bersifat simulacra membuat hampir masyarakat mengonsumsi hal -- hal yang berisfat hyper realitas . hyper realitas ini adalah berbaurnya antara keaslian dan kepalsuan sesuai dengan apa yang di katakan oleh salah satu tokoh sosiologi modern yakni jean budrillard. , dengan melihat fenomena ini batasan antara yang asli dan palsu itu sudah tidak ada , semuanya di cernah secara mentah -- mentah. Hijarahnya kita kedunia virtual bukan lain dan tidak bukan karena sebuah kehabitusan. Artinya ada sebuah bentuk  konstruksi dari eksternal yang membuat kita harus ikut meramaikan sistem yang ada . dalam dunia virtual banyak menawarkan berbagai hal salah -- satunya berbentuk kartunis .  yang menumbuhkan  salah satu aspek budaya yakni tingkat konsumerisme tiap individu , karena hasratnya selalu di genjot dengan berbagai penampakan -- penampakan fatamorganis di dunia virtual , sehingga kecederungan untuk obesitas tak terbendung . obesitas di sini misalnya , obesitas dalam berbelanja , obesitas dalam makan , bahkan obesitas terhadap gelutannya dalam dunia virtual. Bisa di katakan sebagai era kapitalisme hasrat. ( libidonal capitalisme ). 

Hasrat manusia yang tak pernah dapat merasakan ke puasan merupakan celah yang di manfaatkan untuk bagaimana mengendalikan masyarakat untuk mengonsusmsi apa saja yang di tawarkan. Ini hal yang sangat urgent. Kita akan semakin gemuk dan tak mampu memumpuni semua yang telah kita dapatkan . kenikamtannya hanya akan bersifat semntara, setelah muncul yang lebih relevantif dari hal yang pertama maka kita akan cenderung mengabaikannya dan membuangnya. , kecuali yang yang memang menjadi kesayangan. Inilah wujud mubasssiriah , tentu ini adalah aspek mengapa kita tak pernah berhenti berkonsumsi karena selau ada tawaran dalam setiap harinya.

Banyaknya penampakan hal -- hal yang bersifat fatamorganis sudah sangat memperkuat posisi kapitalisme hasrat. Nyatanya bahwa , inderawi kita tak mampu membendung suatu yang mengkilap , hasrat membuat hati kepincut untuk memilikinya . bahkan kita tak memperdulikan aspek yang lain asalkan kita mampu memilikinya. Salah satu contohnya adalah perempuan yang ingin selalu tampil cantik , putih dan langsing , fashionable , itu karena banyaknya tampakan -- tampakan yang membuat perempuan ini kepincut untuk memiliki semua barang ini . ini lah yang di sebut sebagai kapitalisme hasrat ( hasrat yang di mainkan ). Targetnya adalah orgasme bagi pengonsusmsi. Bagaiamana si pengosnusmsi ini merasakan kenikmatan tertinggi setelah mendapatkan apa yang ia dapatkan hasil petualangannya di dunia virtual. Letupan letupan kartunis , yang di tawarkan dalam dunia  virtual memilik fungsi latennya sendiri dalam bagaiamana menipu indera agar supaya dapat di miliki. Artinya bahwa ada sutau ke khasan yang memang termaktub di dalamnya.

Hasil ini yang menciptakan anggapan bahwa dunia visualku tak seindah dunia nyataku . dunia visualku hanya membawaku terjun ke lautan digital dengan berbagai hal yang bersifat digitalik dan fatamorganik , bergelut pada tanda -- tanda dan symbol , serta kode. Dunia nyataku aku mendapatkan ragam macam variasi permainan yang lebih mengasyikkan dari ini. Memang sudut pandangnya lebih kepada primitifisme namun rananya tak sekompleks dengan sekarang. Diriku harus kuat beradaptasi dengan perubahan yang ada , agar mampu mengikut pada aliran yang ada saat ini. Kekompleks -- san yang terjadi hari ini berasal dari terobosan -- terobosan kita sendiri di mana merupakan bentuk kebaharuan dalamnya. Proses penciptaan yang membuat kita mengikuti sesuatu hal yang terviralkan . kita sendiri yang ikut mengalir bersamanya .

Yang ingin saya sampaikan adalah kita tak mungkin bisa membendung lajunya perkembangan zaman , zaman akan terus berlanjut sampai pada titik akhir yang di tentukan . suasananya akan berbeda diap zamannya . jadi yang saya tawarkan adalah tetap mengikut pada perkembangan zaman namun harus memiliki yang namanya pengendalian diri , pengendalian diri di sini adalah menerima semua yang masuk namun menyaringnya dengan apa yang di butuhkaan untuk pribadi maupun orang banyak . agar kita tidak terlau over dan obesitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun