Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babad Ikhwan Mistis: Kuliah Kerja Njomblo

28 Agustus 2019   18:50 Diperbarui: 28 Agustus 2019   18:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Antranias

Saat-saat yang akhirnya membuat para punggawa ikhwan mistis awalnya merasa khawatir itu akhirnya tiba juga. KKN, program yang mereka takutkan sudah nyata terpampang di pelupuk mata. Tidak terasa memang KKN sudah lagi berjumpa dengan mereka. Padahal baru saja mereka rasakan indahnya menjadi mahasiswa baru, kini perjalanan sudah berada di detik-detik menuju akhir status mereka sebagai mahasiswa.

KKN salah satunya menjadi gerbang selanjutnya yang harus para mahasiswa lalui. Dan jelas itu menandai pula akhir perjalanan mereka. Hari itu tepat merupakan hari pertama mereka melakukan KKN dan melakukan upcara seremonial di kampus. Bursh yang bertindak sebagai perwakilan mahasiswa untuk penyematan dan penerimaan berkesempatan menyampaikan sepatah dua patah kata bagi KKN mereka.

Bursh sendiri dipilih karena telah mewakili suara mayoritas ikhwan mistis. Belum lagi lewat posisinya sebagai komodor membuat para ikhwan mistis lain mempercayakan hal itu kepada Bursh. Tidak banyak kata yang disampaikan oleh Bursh pada agenda tersebut, namun setidaknya ucapannya mengena dan meninggalkan kesan baik bagi pihak lembaga dan khusunya para mahasiswa lainnya.

Kira-kira poin penting dari yang disampaikan Bursh begini:

"Rekan-rekan semua, KKN adalah salah satu momentum bagi kita untuk mengabdikan diri kepada masyarakat, sekaligus menjadi lahan bagi mahasiswa itu  untuk menunjukan eksistensi dan kerja nyatanya. Mahasiswa adalah kaum yang sangat diharapkan oleh masyarakat untuk bisa membuat perubahan yang progresif di lapangan. Oleh sebab itu maka, dalam momen KKN ini mahasiswa perlu membuktikan dedikasinya kepada masyarakat secara penuh dan utuh.

Kita tidak boleh dipandang hanya sibuk berkutat di kelas ataupu kampus. Ingat lahan garapan mahasiswa ada juga di gang-gang desa, jalan setapak, dan pesawahan di pedesaan. Semua itu juga adalah tanggung jawab mahasiswa sebagai agent of change, yaitu manusia yang mampu memberikan perubahan ewat inovasi dan kreasi. Lebih jauh kita perlu menjadi panutan bagi masyarakat agar bisa terkambangkan dengan optimal".

Para ikhwan mistis bertepuk tangan sekencang-kencangnya, saking bangganya Dede dan Iman sampai bersalto setelah upacara selesai. Bursh mendapatkan penghormatan yang tinggi dari para ikhwan mistis. Bahkan salah satu akhwat yang diketahui sudah memendam rasa yang sangat mendalam kepada Bursh sampai-sampai dengan berani memberikan sebuah kado. Lebih ekstrem ia memberikannya tepat saat Bursh tengah berkumpul bersama para ikhwan mistis. Orang-orang yang melihat hanya terpana dan terperana.

Wahyu dan Ical bahkan sampai heran bukan kepalang. Mereka kelihatannya kagum dan bangga pada sosok Bursh. Tetapi di dalam lubuk hati yang terdalam, tak bisa dipungkiri bahwa rasa iri tumbuh dalam sela-sela hatinya. Mereka berdua berpikir dan termenung cukup lama. Beberapa kali mereka dua hanya beradu tatap tanpa berbicara. Sepertinya mereka sudah paham isi hati masing-masing. Ya, terbersit dalam benaknya "Kenapa saya tidak bisa seperti Bursh, di gandrungi para wanita, berbicara layaknya Soekarno, dan pemberani laksana Soedirman".

Secara lahir mungkin Ical dan Wahyu tampak bahagia, tetapi secara batin aura nestapa pun tak bisa juga dianggap keliru. Tapi mereka lagi-lagi teringat bahwa pada kenyataan bahwa bagaimanapun itu adalah takdir dan nasib mereka yang telah digariskan tuhan. Namun dibalik itu semua, dibalik kedigdayaan seorang Bursh, para ikhwan mistis proletar malah terpecut semangatnya untuk memanfaatkan momen KKN sebagai celah bagi mereka guna mendapatkan peluang lebih besar mendapat pujaan hati.

Ya, terbersit sebuah pikiran dibenak para ikhwan mistis proletar. KKN menjadi lahan basah yang sangat strategis untuk menunjukan eksistensi, setidaknya kepada 9 wanita di kelompoknya, bahwa mereka adalah lelaki yang pantas dan layak untuk dijadikan pendamping hidup. Senyum seringai kini nampak jelas di wajah Ical, Wahyu dan Dede. Mereka telah berkomitmen untuk membuat KKN ini menjadi jalan teraihnya cita-cita luhurnya.

Hingga tibalah pada saat KKN itu benar-benar dimulai. Ical yang rupanya mendapatkan kelompok heterogen, yaitu antara akhwat yang memang menjadi primadona dan sebagian akhwat pendiam di kampus. Diantara mereka, Ical telah teguh untuk berusaha merengkuh 1 diantaranya. Berbeda dengan Dede dan Wahyu, mereka berada pada situasi kelompok yang adem ayem, dalam arti para akhwat di kelompoknya kebanyakan pendiam. Tetapi kondisi tersebut tidak sama sekali mengurangi semangat mereka guna sama-sama mengakhiri masa lajangnya. Toh ternyata diantara akhwat tadi ada satu dua yang juga nyantol di benak Dede dan Wahyu.

Nasib mujur malah lagi-lagi hinggap pada Bursh. Ia mendapatkan anggota kelompok yang rata-rata incaran para ikhwan kampus. Ada yang cantik, anggun, juga sholehah. Hal itu telak membuat Bursh makin bersemangat lagi menunjukan eksistensinya sebagai ikhwan borjuis. Saking bangganya, Bursh bahkan acapkali memanas-manasi grup KIMBERLI dengan foto kegiatan KKN para anggotanya.

Ical, Dede dan Wahyu sedikitnya memang panas dengan apa yang beritakan oleh Bursh. Tetapi mereka sadar, iri kepada Bursh hanya akan membebani pikiran mereka saja. Kini yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana cara dan siasat agar setelah KKN selesai akan ada seorang akhwat yang bisa mereka ajak pulang ke rumah dan dengan bangga ketika bertemu dengan orang tua mereka bisa berkata tegas "Mak, ini calon ibu dari anak-anaku".

Hari-hari KKN sudah dimulai. Awalnya kesan malu dan jaga image masih tampak lekat menyelimuti seluruh anggota kelompok. Tak terkecuali bagi Ical, Dede dan Wahyu. Apalagi mereka memiliki misi suci. Tentu untuk melancarkan misi itu diperlukan strategi kepribadian dan tingkah laku yang teramat sangat ekstra super hati-hati. Tujuannya jelas agar sang dambaan hati tidak merasa risih, takut, apalagi jijik dengan mereka.

Ical lebih menggunakan pendekatan disiplin untuk memikat hati para akhwat. Ia percaya pada teori bahwa akhwat lebih suka kepada pria yang disiplin dan taat aturan. Maka tak heran selama KKN Ical berubah menjadi sosok yang sangat tepat waktu, ia selalu bangun sebelum jam 4 pagi, dekat jauh berkendara selalu memakai helm, makan selalu habis, dan on time dalam segala agenda. Dari upayanya tersebut, Ical merasa ada sedikit respect yang ditunjukan para anggotanya, terutama dari akhwat yang diincarnya, dan jelas itu membuat Ical makin teguh pendirian untuk mempertahankan strategi disiplin sampai akhir KKN.

Dede lain lagi strategi utamanya. Ia mendasarkan langkahnya pada dasar teori bahwa akhwat sangat menyenangi ikhwan yang humoris. Percaya atau tidak, Dede yakin sekali ini sangat benar adanya. Ia mencontohkan gagasannya itu dengan dukungan berbagai pengalaman para tetangganya di kampung. Banyak yang menuturkan bahwa rahasia sukses bagi mereka mendapat dambaan hati adalah karena sifatnya yang suka melucu.

Berdasar kerangka teori dan fakta empiris yang ia punya. Dede mempraktikan hal itu pada kesehariannya selama KKN. Selalu saja ia berusaha melucu ketika memang ada momen yang pas untuknya mengeluarkan jurus humornya. Dan dengan begitu nampak keseharian kelompoknya tidak lepas dengan suasana yang riang dan gembira. Seolah tertawa menjadi proker wajib yang mesti terlaksana.

Ia akan bertambah senang manakala wajah sumringah dan garis senyum terlihat pada wajah akhwat yang diincarnya. Maka dari itu ia semakin yakin bahwa jika strategi ini dipertahankan sampai akhir KKN bukan tidak mungkin akhwat yang diincarnya itu bisa benar-benar didapatkannya.

Strategi Wahyu berbeda lagi adanya. Ia lebih mempercayai pada dalil teori bahwa akhwat sangat senang pada ikhwan yang rajin. Oleh karenanya, Wahyu bermetamorfosa menjadi ikwan yang rajin, ia gemar bersih-bersih, beres-bers, dan terlibat aktif dalam setiap kegiatan. Ia rasai bahwa para anggotanya terutama yang ia incar menjadi kagum akan sikapnya yang rajin. Maka ia meneguhkan diri sampai KKN selesai sikap rajinnya tidak akan ia kurangi sedikitpun, bahkan akan terus coba ditingkatkan.

Waktu demi waktu berjalan, mengantarkan pula Ical, Dede dan Wahyu pada akhir perjalanan KKNnya. Seperti janjinya, mereka melaksanakan strategi pemikatnya sampai akhir KKN. Namun saat ketiganya bertemu saat kembali menjalani aktifitas kuliah seperti biasa di kampus, mereka terlihat murung. Sambil ragu-ragu Ical membuka pembicaraan

"Gimana hasil KKN bro?"

"Negatif" balas Wahyu lemah

"Lu gimana de?" Tanya Wahyu kemudian

Dede tidak menjawab, ia hanya sebentar menatap langit, kemudian menjatuhkan wajahnya sampai berhadap-hadapan dengan meja. Tanpa berbicara pun Wahyu dan Ical sudah tau kemana arahnya. Yang pasti, Dede pasti tengah mengalami kegundahan hati.

"Nah kalau lu gimana Cal"

"Bukan Saatnya Yu" Ujar Ical

"Bukan saatnya atau bukan lu Jodonya?" Sergah Wahyu sambil terkekeh.

To be continued

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun