Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Kardun: Teka-Teki Wanita Misteri

1 Juni 2019   21:25 Diperbarui: 1 Juni 2019   21:36 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/PIRO4D

Udara pagi hari yang dingin rupanya cukup mengganggu kekhidmatan tidur Kardun. Dalam keadaan setengah bangun terlihat tubuhnya beberapa kali menggidik kedinginan. Pagi itu memang hawa lebih dingin dari biasanya, dan tentu bagi orang yang sudah terbiasa hidup dalam suasana gerah seperti Kardun hal ini cukup merepotkan.

Diantara rasa dingin yang kian menyelimuti Kardun teringat kepada sosok wanita yang ia temui di kampus dua hari yang lalu. Baru pertama kali rupanya Kardun melihatnya, entahlah ia pun tak tahu menahu tentang wanita itu, apakah ia teman seangkatannya ataupun bukan. Maklum saja, Kardun bukanlah orang yang suka berbaur, ia lebih suka langsung pulang ketika jam kuliah sudah habis.

Pertemuan singkat dengan wanita tadi ternyata tidak sesingkat apa yang ada di pikiran Kardun. Dalam tatapannya pertama kali ia sudah terpana dibuatnya. Kejadiannya berlangsung di sekitar kantin kampus. Waktu itu kebetulan Kardun tengah dirundung rasa lapar, dan tak lama ia pun bergegas meluncur dan memesan seporsi batagor. Ia duduk tepat di bangku paling ujung kantin, tempatnya cukup strategis dan secara pandangan tempat itu cukup menjangkau setiap sudut kantin.

Ketika di piring tinggal menyisakan satu batagor terakhir, lalu garpu telah juga ia hujamkan kepadanya, dan mulutnya pun telah menganga untuk menyantapnya, pada saat itulah wanita itu muncul dari tangga lorong kelas yang jelas-jelas segaris lurus dengan posisi duduknya. Entah apa gerangan yang terjadi, tiba-tiba tubuh Kardun seolah mati rasa, tangan dan mulutnya mendadak kaku, masih dengan posisi terbuka dan memegang garpu.

Matanya sudah sejak awal tak berkedip sedikitpun, padahal debu dari jalan dan kantin begitu berhamburan dan mengganggu, tapi memang aneh, ia tak terganggu, matanya membelalak, tajam mengawasi. Ya, wanita itu cukup membuat Kardun terperana. Kala itu ia berjalan bersama kedua orang temannya, ia mengenakan kerudung berwarna biru dengan sedikit motif bunga disekelilingnya yang membuatnya terlihat anggun.

Kardun juga masih ingat, ia pun memakai baju yang berwarna sama dengan kerudungnya, dress tersebut bagi Kardun sangat cocok digunakan olehnya. Lagipula dalam kacamata Kardun wanita itu memang rupawan, kulitnya kuning langsat khas Indonesia, matanya belo dengan alis tipis, hidungnya tidak pesek pun tidak mancung, normal. Tapi yang membuat Kardun terhipnotis adalah garis senyumnya yang indah dan menawan.

Selang beberapa waktu Kardun masih terlihat dalam posisi yang sama, mulut menganga dengan garpu batagor di depan mukanya. Saat wanita itu selangkah demi selangkah kian berjalan memasuki kampus, ia dikagetkan dengan lengkingan suara speaker kantin. Kardun lantas tersadar dari kebekuannya, lalu diam sebentar dan melihat kondisi badannya yang memalukan itu, ia langsung saja melahap batagor, mengunyahnya, sambil kembali memandang wanita itu.

Tapi ia terperanjat bukan main. Saat hendap pandangannya akan dipalingkan lagi ke arah wanita itu, ia telah menghilang. Sontak Kardun memutarkan pandangannya 360 derajat mengelilingi kantin. Satu persatu sudut kantin ia telisik dengan jeli, namun tetap saja tak menemukan kehadirannya. Ia lenyap, seolah ditelan bumi. Wanita yang baru saja ditemuinya itu telah membuat akalnya tertambat.

Pikirannya mulai cemas "Apakah tadi cuma ilusi?" Pikirnya dalam hati. Namun Kardun coba meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa itu memang asli dan ia dalam kondisi sadar melihatnya. Tetapi lagi-lagi ia teranggu dengan kehilangannya itu. Baru saja padahal ia merasa bahagia setelah lama menderita dalam kesendiriannya.

Sejak tragedi kehilangan itu ia lantas bertekad akan menelusuri siapa wanita itu sebenarnya, kalau benar ia mahasiswi disana mengapa ia jarang sekali melihatnya? Karena Kardun jarang berkeliaran atau bagaimana? Siapa namanya? Dan harus bagaimana Kardun menemukannya? Pikiran-pikiran itu belakangan ini kerap menggerayangi waktu luangnya, termasuk saat ini, ketika ia dirundung kedinginan hawa pagi.

Di tengah fokusnya pada wanita itu, Kardun dikejutkan "Gbrukkk Pranggggg mewww" terdengar kegaduhan di sekitar dapur rumahnya, ia tidak segera bangkit dari posisi tidurnya karena masih nyaman dengan pikirannya itu. Namun tak lama berselang ia akhirnya terperanjat dan langsung bangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun