"Jadi sekarang kuy diskusi dulu sebelum si Wahyu, Bursh, sama si Ical bener di panggil ke kantor" Seru Egi.
Mulai dari sana perbincangan menjadi lebih intens dan menjurus serius. Mereka sengaja mengundang semua ikhwan mistis untuk merapat. "Waspada, Kode 04. Paripurna Selasar Masjid!" Tulis Roy dalam grup Whatsapp Ikhwan Mistis. Tak berselang lama para ikhwan mistis mulai memadati selasar masjid. Ada yang rela meninggalkan kerja kelompok, makanan di kantin, bahkan nasib nahas menimpa Bale karena sejatinya ia akan bertemu seorang akhwat, namun demi kepentingan sesama ikhwan mistis, ia pun tanpa ambil pusing membatalkannya. Ya, itulah sepenggal kelakuan ikhwan mistis, solidaritas kadang menyakiti rasa moralitas seorang akhwat.
Perbincangan jelas menjadi lebih menarik, dan dengan semakin banyak orang tentu membuat perspektif terhadap diskursus yang sedang dibahas yaitu tentang komersialisasi pendidikan menjadi lebih komprehensif. Ada yang menambah data dari berbagai macam pemberitaan di internet, atau sekedar memberikan argumen pribadi soal komersialisasi pendidikan.
Tak tanggung - tanggung, Dede dengan perwakannya yang imut sampai rela membawa seabreg buku sebagai bahan penguat argumen bagi teman - temannya yang tumpukannya saja melebihi tinggi badannya. "Intinya sampein aja kalo pendidikan kita memang lagi bermasalah, kasih argumen, kasih datanya, dan terpenting kalian bilangnya kalem" Saran salah seorang ikhwan mistis.
Setengah jam sudah diskursus itu berlangsung, dan tepatnya pada pukul 13.14 terpaksa diakhiri, karena mereka harus kembali ke keseharian mereka untuk berkuliah. Wahyu, Ical, dan Bursh jelas berbangga hati karena setidaknya mereka memiliki banyak pengetahuan baru dari dialektika yang terjadi, dan sudah pasti memperkokoh ketebalan iman mereka jikalau memang benar dipanggil oleh dekan.
Begitulah ikhwan mistis, ketika yang satu susah yang lain datang menghampiri atau setidaknya kadang dipaksa menghampiri untuk saling membantu satu sama lain. Meskipun ironi kadang dirasakan oleh beberapa ikhwan mistis, ini jelas perihal perhatian yang diberikan hanya dari satu gender yang sama.Â
Namun mereka pun satu sama lain saling menduga, bahwa bukan gaya ikhwan mistis untuk menunjukan interaksinya secara langsung dengan pujaan hati yang didambanya. Ya, itulah drama yang selalu hadir setelah diskursus berlangsung. Datang membawa masalah sendiri, mencari solusi lagi bersama para lelaki, tanpa akhwat disisi. Tapi jangan salah, ikhwan mistis ditemani dan berinteraksi secara senyap di lain dimensi.
To Be Continued!