Mohon tunggu...
Rahman Key
Rahman Key Mohon Tunggu... Penulis - In GOD we trust!!

LLM Student in St. Petersburg State University, Russia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Post-Truth" di Bulan April

23 April 2019   00:45 Diperbarui: 18 Oktober 2020   16:33 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Rahman Key

20 April 1945,

Ketika Hitler sudah terkepung oleh tentara Sovyet yang jumlahnya 10 kali lebih banyak dibanding tentara Nazi & SS di Berlin. Beberapa orang termasuk jenderal Himler pemimpin SS menyarankan Hitler untuk meninggalkan Berlin, karena dengan kekuatan yang tersisa sudah tidak mungkin untuk membendung kekuatan tentara merah Sovyet. 

Disaat genting seperti itu, Goebbels sang penasihat utama membujuk Hitler sebagai pemimpin di Eropa yang tersohor di dunia untuk tidak mengakui keunggulan tentara merah Sovyet dan sengaja memberikan Informasi palsu mengenai masih kuatnya sisa kekuatan Nazi-Jerman untuk memukul mundur "Krasnaya Armiya" (bahasa Rusia dari tentara merah). 

Kabar itu diulang-ulang seolah menjadi sebuah kebenaran dan bahkan dijadikan Doktrin tentang kejayaan Nazi yang sebentar lagi akan mereka capai. 

Para tentara yang tersisa termakan kabar palsu dari sang penasihat yang membuat pasukan pertahanan terakhir merasa kemenangan adalah "MUTLAK" milik mereka, Hitler yang merasa pemimpin perang dengan rekor "undefeated" mengeluarkan perintah "mission impossible" dimana unit pasukan terakhir yang sedang terhimpit malah disuruh menyerang. 

Ada beberapa jenderal yang menjelaskan kondisi mereka yang tidak mungkin bisa melawan kekuatan tentara Sovyet, namun mereka justru dianggap lemah, karena tidak mempercayai perintah Hitler.

Akhirnya 30 April 1945, setelah menyadari posisinya benar-benar kalah, Hitler-pun bunuh diri meninggalkan begitu saja sisa pasukan yang bersumpah sampai mati berperang untuk "Der Fuhrer" mereka. 1 mei menyusul Goebbels yang ikut bunuh diri bersama istrinya setelah sebelumnya meracun kelima anak kandungnya. 

Hal serupa pun dilakukan oleh beberapa Jenderal setia Nazi. Hari demi hari dilalui pasukan Nazi yang tersisa untuk berjuang demi "Hoax kemenangan" yang dibawa mati oleh Hitler dan para abdinya, membuat Sovyet benar-benar menduduki Berlin pada tanggal 8 mei 1945.

Post truth di dalam politik saat ini tentu menjadi media dalam rangka membentuk Paradigma dengan metode pendagogik (penyampaian proposisi dengan satu arus) pada masyarakat mengenai sebuah hal, yang pada dasarnya ukuran kebenarannya pun belum pasti. Hanya saja, perbedaan pada kasus Hitler di Perang Dunia II, kebenarannya baru diukur ketika realitas pasukan Krasnaya Armiya memaksa mereka mati atau menyerah hidup-hidup.

Tahun 2019 adalah era dimana post truth kerap menjadi media politik di Indonesia, apakah itu benar dan apakah hoax, faktanya kita telah dihadapkan pada dua pihak yang saling mengklaim memenangkan Pilpres 2019. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun