Sisanya hanya pengembangan dari 4 aspek di atas. Lalu, bagaimana meresponnya? Kalau saya sih dinikmati saja. Kalau diseriusin itu Kamu nanti malah nyelkit. Mending dibawa santai aja, kalau bisa, dibuat lucu-lucuan aja. Toh, esensi lebaran adalah menyambung silaturahmi dan merayakan kemenangan.Â
Kemenangan setelah sebulan penuh beribadah dan menjadi lebih baik, ya. Bukan Kemenang-isan karena masih jomblo. ~hiks
Jadi, apa yang harus kita lakukan? Berikut beberapa panduannya.Â
Jadikan Bahan Roasting Diri Sendiri
Mendapat pertanyaan menohok ketika lebaran? Jangan pusing! Jadikan bahan roasting diri sendiri saja. Merendah tidak akan membuat diri kita terendahkan.Â
"Pasangannya mana?" Ndak kemana-mana, masih di tempatnya. Anteng dan tenang.
"Kapan menikah, sudah ndak sabar punya mantu?" Mohon doanya, kalo donasinya sudah dibuka. Bisa nyumbang terop atau kateringnya sekalian :)Â
Jawablah pertanyaan itu dengan tenang. Jangan masukkan hati, kalo masuk hati itu kamu. Iya, kamu.
Daripada menanggapi pertanyaan dengan serius, lemparkan humor untuk mengalihkan pembicaraan. Nikmatilah, karena pertanyaan itu sebenarnya juga doa.Â
Yang jomblo biar segera berpasangan, yang gak laku segera sold out, yang belum punya keturunan semoga segera dianugerahi buah hati, yang pekerjaannya masih pas-pasan dibukakan pintu rejekinya. Yang sudah punya pasangan? Yaudah, jangan mikir kemana-mana. Satu saja, sehidup semati.Â
Roasting diri sendiri, jadingan pecut semangat. Yang belum laku berusaha lebih keras naikin value, yang belum punya pekerjaan nyaman berusaha lebih keras agar bisa naik jabatan, yang belum punya anak juga berusahalah lebih keras lagi. Tiap malem, jangan kasih libur :D
Jangan Balas dengan Pertanyaan Menohok (Juga)
Selanjutnya, menghadapi pertanyaan khas lebaran, jangan pernah sekalipun mencoba untuk membalasnya dengan pertanyaan menohok juga. Ingat, ilmu padi. Merendah untuk meroket ke angkasa.Â