Entah ekspresi apa yang bisa menggambarkan perasaan saya saat itu, bukannya pelit ya , tapi kan emang anggaran buat liburan tuh terbatas. Kita harus nabung berbulan-bulan, setiap bulan mesti ngurangin pengeluaran, makan cuma telor ceplok ditambah baking powder agar terlihat banyak, dan lain sebagainya yang klo diceritain miris pokoknya. Jadi ya harus hemat-hemat.Â
Lagi pula saya bawa oleh-oleh juga buat satu ruangan, tentu tidak mesti setiap orang dikasih oleh-oleh, itu namanya mau membuat saya bangkrut secara singkat.
Berarti kita tidak boleh minta oleh-oleh ke teman dong? Jawabanya boleh. Tapi dengan syarat nanti uangnya diganti, dari awal kita bilangnya 'nitip' bukan 'minta'. Bedakan 'nitip' dan 'minta'. Jika 'nitip' maka uangnya akan diganti begitu pula sebaliknya.Â
Dengan begitu teman kita yang akan liburan tak perlu risau lagi akan adanya tambahan biaya untuk membeli oleh-oleh yang dipersyaratkan oleh rekan sejawatnya dan ia bisa melepas sementara kepenatan pekerjaan dengan tenang. Karena memang itu alasan utamanya ia mengambil cuti untuk liburan. Ketenangan. Sekaligus memutus budaya meminta-minta yang seharusnya dihilangkan dari kehidupan sehari-hari.