Ketika kapal mulai bergerak, kami semua dipanggil untuk briefing ke lantai dasar. Kami semua duduk di meja makan dan disajikan snack serta minuman. Di sana ada tour guide yang menjelaskan berbagai hal tentang kapal pinisi.
Dia menjelaskan bahwa kapal pinisi adalah kapal tradisional Bugis-Makassar yang terbuat dari kayu serta terdiri dari 2 tiang dan 7 layar. Kapal ini berasal dari Bulukumba dan kapal yang kami tumpangi berjenis kelamin perempuan. Hah, emangnya kapal ada jenis kelaminnya?
Dia bilang, pada saat pertama kali selesai dibuat dan diluncurkan ke laut, kapal akan dilihat kemiringannya. Jika miring ke kanan, maka jenis kelaminnya adalah laki-laki. Sebaliknya, jika kapal miring ke kiri, maka jenis kelaminnya adalah perempuan.
Bentuk tiang horizontal yang berbeda pada buritan kapal menandai jenis kelamin ini. Lalu apa pengaruhnya? Saya tidak tahu karena tidak terpikir untuk bertanya saat itu.
Tour guide juga menyampaikan informasi tentang Pulau Samalona yang akan kami kunjungi. Dia bilang, Pulau Samalona adalah pulau kecil yang dihuni oleh sepuluh kepala keluarga. Waktu tempuhnya adalah 20 menit dari Kota Makassar.
Setelah tour guide selesai bicara, kami berjalan-jalan lagi di dalam kapal. Ada yang foto-foto di haluan dan spot lainnya di kapal, ada yang ngadem di VIP room, ada juga yang bersantai di lantai 3.
Dari atas kapal, kami bisa melihat pemandangan Kota Makassar dan juga aktivitas pelabuhan dari kejauhan. Kami juga bisa melihat kapal-kapal besar yang yang berlayar. Hal ini menjadi daya tarik bagi anak-anak.
Setelah 20 menit perjalanan, kami sampai juga di Pulau Samalona. Terlihat sebuah pulau kecil yang rimbun dengan pepohonan hijau dan dikelilingi oleh air laut yang hijau kebiruan.
Kapal pinisi yang kami tumpangi tidak bisa langsung sandar di dermaga karena khawatir terbentur batu karang, sehingga kami harus menaiki kapal kecil untuk menuju Pulau Samalona. Kami ditemani oleh beberapa kru kapal.
Tidak perlu waktu lama, kami akhirnya menginjakkan kaki di pantai Pulau Samalona dan berjalan ke area pantai yang cocok untuk bermain-main air. Dari tempat berlabuh kapal kecil, kami melewati rumah-rumah penduduk yang bentuknya adalah rumah panggung tradisional Makassar.