Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menteri Rizal Ramli Berbagi Tips EGP (Emang Gue Pikirin?!)

21 Desember 2015   14:06 Diperbarui: 23 Desember 2015   11:26 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi-Rizal Ramli Mengajak Masyarakat untuk Berani Menyuarakan Kebenaran (Kompasiana)"][/caption]Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli menjadi salah seorang pembicara di Kompasianival 2015. Banyak hal luar biasa yang beliau sampaikan mengenai rencana pembangunan di Indonesia. Namun, khusus untuk artikel ini saya akan membahas mengenai ajakan beliau kepada masyarakat untuk berani menyuarakan kebenaran.

Beliau mengatakan memang tidak mudah berjalan di dalam kejujuran karena pasti akan ada kelompok yang akan membenci kita. Pak Menteri memberikan tips bagaimana menyikapi orang yang tidak menyukai kita. Beliau mengatakan, bila ada seseorang atau kelompok yang membenci maka kita harus memiliki sikap rendah hati untuk melakukan instropeksi diri. Bila memang bersalah, maka sudah sewajarnya kita mengubah perilaku yang tidak disukai dan berusaha membuka jalan perdamaian. Orang yang tadinya membenci, perlahan akan menyadari perubahan sikap kita dan mereka akan mulai menyukai kita lagi.

Namun sebaliknya sering terjadi, kita sudah melakukan yang terbaik dan berpihak kepada kebenaran, namun ternyata tetap saja ada yang tidak menyukai kita. Bila ini kejadiannya, Pak Menteri menyarankan agar kita jangan berhenti menyuarakan dan melakukan kebenaran. Larut memikirkan para pembenci atau haters hanya membuat waktu dan pikiran terbuang sia-sia. Inilah sebabnya Pak Menteri menekankan selama kita benar sebaiknya sikap para haters jangan terlalu diambil hati.

Beliau menyarankan untuk mengembangkan sikap EGP (Emang Gue Pikirin) karena kebaikan apa pun yang kita lakukan pasti salah di mata haters. Keberadaan haters membuktikan bahwa kita adalah seorang yang patut diperhitungkan, justru bila tidak ada haters menunjukkan kita bukanlah siapa-siapa. Demikianlah tips yang diberikan Menteri Rizal Ramli dalam menghadapi haters, beliau berpesan hendaknya semangat menyuarakan kebenaran jangan luntur karena keberadaan para pembenci tersebut.

Menurut saya, haters bisa muncul salah satu sebabnya karena ada kecemburuan. Kita memiliki suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Pernahkah Bapak/Ibu bingung mengapa ada orang yang sangat membenci Bapak/Ibu padahal sangat yakin tidak pernah melakukan satu kesalahan pun pada pembenci tersebut? Inilah yang dinamakan dengan haters; mereka bisa muncul meskipun kita tidak melakukan kesalahan. Mungkin mereka cemburu kepada jabatan, prestasi, integritas, keberuntungan, atau kelebihan kita yang lainnya.

Jangan terlalu ambil pusing karena haters akan selalu menemukan alasan untuk membenci atau haters gonna be hate. Mengapa? sebab kebencian sudah tertanam di hati haters. Kita tidak boleh terjebak dalam sikap berusaha menyenangkan hati semua orang. Ibarat petani menanam padi maka rumput bisa turut tumbuh namun bila kita menanam rumput maka tidak mungkin tumbuh padi. Artinya bila kita menanam kebaikan maka bisa saja timbul hal yang kurang baik, namun bila kita menanam yang buruk maka tidak mungkin kita menuai kebaikan.

Mereka yang membenci ibarat seseorang yang sedang berusaha membuang sampah yang sudah terlalu menumpuk dari hatinya, bila kita terpancing, artinya kita menerima sampah yang dia buang untuk dimasukkan ke dalam hati kita yang bersih. Sebaliknya, bila kita tidak menanggapi maka artinya kita tidak membiarkan dia turut mengotori hati kita. Terkadang seorang pembenci suka menyindir namun kita tidak perlu terpancing marah atau ingin membalas sindiran. Sikap stay cool memang sangat diperlukan. Tidak perlu tergoda untuk melakukan unfriend atau unfollow. Kecuali kalau memang haters yang mem-block kita duluan apa boleh buat?!

Hidup tidak bisa terlepas dari pro dan kontra. Bila sikap haters sangat menyebalkan, kita tidak perlu ikut emosi. Jika dia masih muda, anggap saja belum cukup bijaksana untuk bersikap dewasa. Sebaliknya bila ternyata dia sudah berusia cukup tua, anggap saja beliau sedang keliru. Setting pikiran kita seolah-olah haters tidak membenci kita. Hal ini bisa menjadi semacam kekebalan tubuh yang baik sehingga tidak tertular virus kebencian yang dia sebarkan. Kita pun bisa bersikap tetap baik dan tulus padanya.

Ada yang mengatakan demi keadilan, kita perlu menuntut balas atas kelakuan seseorang yang sudah menyakiti kita. Kita berharap supaya orang tersebut dapat merasakan hal yang sama seperti kita rasakan. Benarkah demikian? Menurut saya, membalas dendam dengan alasan apa pun akan menjebak kita dalam lingkaran kebencian yang tidak ada akhirnya. Misalkan Anda membalas perbuatan orang yang telah menyakiti perasaan Anda. Pasti orang tersebut menjadi lebih benci pada Anda dan dia pun kembali membalas perbuatan Anda. Anda tidak bisa terima, akhirnya Anda terus memikirkan bagaimana cara membalas dendam lagi. Anda pun menemukan cara membalas dendam, orang tersebut sakit hati dan berbalik membalas lagi. Demikianlah seterusnya sehingga dendam kita tidak akan pernah terpuaskan selamanya. Saat bertemu haters kita gelisah, tidur pun tidak nyenyak karena memikirkannya. Jadi, walaupun membenci tampaknya lebih mudah daripada memaafkan, jauh lebih baik bila kita membalas kejahatan dengan cinta kasih.

Para lovers mampu membawa kita menjadi pemimpin dan haters-lah yang akan mematangkan karakter dan kepemimpinan kita. Bila kita memiliki haters, kita harus sering menginstropeksi dan memperbaiki diri. Alih-alih membalas kejahatan dengan kejahatan lebih baik berjiwa besar mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada haters karena mereka telah berjasa membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak ada alasan untuk membalas haters. Seorang penjahat pasti tahu berbuat baik kepada orang yang baik padanya. Bila kita hanya berbuat baik kepada orang yang baik pada kita, apa bedanya kita dengan si penjahat? Isi setiap hari kita dengan kebaikan dan jangan pernah menaruh dendam kepada siapa pun. Akhir kata, izinkanlah saya menulis pantun:

Jalan-jalan ke Kota Tua

Janganlah lupa beli sajian beraroma

Marilah kita menebar cinta

Kelak kita menuai Bahagia

Salam damai,

Rahayu Setiawati Damanik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun