Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cemerlangkan Masa Depan Remaja dengan Pendidikan Mental dan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Sejak Dini

25 Juli 2016   21:32 Diperbarui: 25 Juli 2016   21:56 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Remaja laki-laki yang tidak mengatahui dampak pacaran bebas yang menyebabkan kehamilan pada kekasihnya (www.abendzeitung-muenchen.de)

Sudah saatnya pemahaman kita mengenai pendidikan seksual perlu diluruskan karena sejatinya pendidikan seksual kesehatan reproduksi remaja sangatlah penting sehingga remaja pun akhirnya tidak menganggap kalau seks itu hanyalah sekedar alat pemuas nafsu birahi. Jangalah terjebak pada pandangan yang mengatakan kalau pendidikan seksual adalah sesuatu yang vulgar yang bisa mendorong anak-anak kita melakukan zinah dan malah berhubungan seksual. Pendidikan seksual bukanlah dengan mengajarkan remaja cara melakukan hubungan intim layaknya suami istri atau menunjukkan video porno. Bukan demikian karena bila hubungan intim memang tidak perlu diajarkan karena secara naluri manusia akan memahami bila sudah waktunya. Hewan pun demikian tidak perlu diajarkan cara untuk berkembang pasti kelak akan memahami sendiri.

Pendidikan seksual yang perlu diajarkan orang tua atau guru adalah adalah dengan memberikan informasi kepada para remaja bagaimana mereka seharusnya menjaga kesehatan reproduksi dari berbagai penyakit menular seksual, mencegah kehamilan di luar nikah, menjaga naluri alamiah yang mulai muncul, mengajarkan perubahan organ seksual mereka masing-masing, mengajak remaja bertanggung jawab atas sistem reproduksinya sendiri, dan menghargai lawan jenisnya.

Informasi yang positif ini diharapkan dapat mengurangi kebingungan remaja saat mengalami perubahan seperti saat mimpi basah atau mendapat menstruasi yang pertama kali, membentuk remaja yang menjunjung tinggi nilai moral, dan pada akhirnya pintar memilih keputusan seksual yang sehat di masa kini dan yang akan datang. Sebuah studi bahkan mencatat mengenai dampak jangka panjang pendidikan seksual yang komprehensif terhadap anak akan menciptakan keberanian untuk menolak hubungan seksual, menunda hubungan seksual pertama, dan membantu anak mencegah kekerasan seksual. Jadi, tidaklah tepat bila mengatakan kalau pengetahuan seksual hanyalah konsumi orang yang sudah menikah. Sebab remaja yang tidak memiliki pengetahuan seksual yang memadai berpotensi besar menjadi salah arah karena remaja yang sedang memiliki keingintahuan yang demikian tinggi termasuk dalam hal seksual akan berusaha mencari informasi dari sumber lain seperti teman atau internet. 

Betapa berbahaya bila saat remaja mencari informasi dari internet maka yang didapatkan hanyalah hal yang bersifat pornografi yang sering kali tanpa sensor. Sungguh berbahaya bila remaja ini menjadi ingin mempraktikkan informasi yang baru saja mereka dapatkan yang pada akhirnya membuat remaja terjebak dalam kecanduan video porno, hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, bahkan penularan virus HIV.

Betapa mengerikan remaja yang terjebak dalam video porno karena sama sekali tidak memberi pelajaran dan gambaran seksual yang baik. Video porno hanyalah kecemaran yang hanya bertujuan merangsang gairah seksual dan terbukti merusak fungsi otak. Remaja yang kecanduan video porno maka otomatis otaknya akan terstimulasi menghasilkan hormon endorphin dan dopamin. Stimulasi yang berulang dan terus-menerus akan menyebabkan bagian otak yang terstimulasi akan rusak sebelum pertumbuhan otak remaja matang sempurna. 

Kerusakan otak pada bagian ini akan menyebabkan remaja menjadi semakin sulit mengendalikan nafsu dan kurang mampu berpikir secara rasional. Akibatnya? Banyak keterampilan sebagai modal penting kedewasaan menjadi terabaikan misalnya dalam hal pengendalian emosi. Tidaklah heran pelaku pemerkosaan kasus Yuyun  di Bengkulu adalah para remaja yang gemar mengkonsumsi video porno.


Jadi, seksualitas bukanlah hal yang tabu untuk didiskusikan secara terbuka sebab remaja membutuhkan bimbingan untuk mengelola dorongan seksual mereka yang sedang sangat aktif berkembang. Kurangnya pengetahuan akan seksual jualah yang mengantarkan kasus yang juga demikian tragis pada seorang anak laki-laki pra remaja bernama Alfie. Memang fakta menunjukkan bahwa banyak remaja yang tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan. Tidaklah salah bila remaja diberikan pengetahuan bagaimana terjadinya proses pembuahan (janin) yang akan bertumbuh bila sperma pada pria bertemu dengan sel telur pada wanita.

Pengetahuan mengenai proses reproduksi ini dapat mencegah terjadinya pengalaman seperti Alfie dan Chantelle yang pada akhirnya harus menanggung risiko karena kurangnya arahan dari orang terdekat sehingga salah jalan. Artinya, pendidikan seksual yang diberikan kepada remaja baik melalui pendidikan formal maupun informal bukannya mengajarkan remaja berzinah sebaliknya akan menjauhkannya dari perbuatan yang membahayakan. Pendidikan reproduksi sangat mendesak diterapkan mulai sekarang agar remaja semakin dibentengi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang membawa mereka pada keterampilan hidup dan pengembangan diri yang lebih baik. Bukankah remaja yang sehat secara mental dan reproduksi akan menjadi kekuatan suatu bangsa? Itulah sebabnya perlu sekali menggiring remaja menjadi pemuda-pemudi yang sehat sebagai generasi penerus di masa yang akan datang.

Pentingnya Pendidikan Mental Bagi Remaja Berkualitas

Masa remaja adalah waktu yang sangat baik untuk membentuk karakter remaja sebab ibarat tanah liat yang masih basah sehingga lentur dan begitu mudah dibentuk menjadi bejana yang indah. Orang tua sungguh memiliki andil yang besar dalam proses pembentukan mental anak sehingga kelak bisa  menjadi seorang dewasa yang menyadari bahwa “tidak semua hal yang manis itu sehat”. Remaja adalah waktu yang paling menentukan bagaimana perkembangan mereka di masa yang akan datang. Haruslah orang tua sebagai seorang yang mengasihi anak tetap setia menggandeng remaja tanpa menggunakan kekerasan baik secara fisik atau verbal. Masa ini sangat baik bila remaja diberikan modal pengajaran mengenai DUIT (doa, usaha, ikhtiar, dan tawakal) sehingga anak bertumbuh menjadi seorang yang bijaksana.

Orang tua dan guru dituntut untuk menjadi teman dan teladan bagi para remaja. Alih-alih menggurui, pertemanan akan memudahkan kita memantau aktivitas remaja. Sebab remaja sungguh terbuka dan mempercayai seorang yang dia anggap sebagai sahabat. Ada waktunya dia akan datang mencurahkan isi hati dan bila orang tua menemukan kesalahan yang tidak sepatutnya, hindari memojokkannya namun sampaikan sebagai seorang sahabat yang terbuka dari hati ke hati sehingga remaja merasa diterima dan nyaman terbuka pada orang tua. Anak pada masa ini biasanya enggan untuk disalahkan dan cenderung menjaga jarak dari orang tua yang otoriter dan suka menyalahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun