Saya baru menonton film Indonesia berjudul SINGLE yang dibintangi oleh seorang penulis muda bernama Raditya Dika. Biasanya film-film barat yang paling digandrungi, namun khusus film yang disutradarai sendiri oleh Raditya Dika ini, antusiasme penontonnya luar biasa. Memang selama ini hampir semua film Raditya Dika laris manis di pasaran.
Ruang bioskop yang memutar film SINGLE sangat ramai. Anak-anak muda antusias menonton film Raditya Dika yang terkenal kocak dan sangat menghibur. Ketawa penonton bahkan lebih kencang daripada suara audio film. Setelah keluar dari teater rasanya saya benar-benar terhibur. Keramaian penonton film Raditya Dika mematahkan anggapan kalau film komedi Indonesia tidak ada yang keren. Saya yang biasanya suka nonton film luar bersama suami namun khusus kali ini saya memilih menonton sosok Raditya Dika yang sangat berprestasi dan inspiratif padahal usianya lebih muda 1,5 tahun dari saya.
Raditya Dika lahir di Jakarta pada tanggal 28 Desember 1984 adalah seorang penulis buku-buku jenaka yang selalu best seller, komedian, aktor, model iklan, dan sutradara asli Indonesia. Dia adalah seorang yang berdarah batak dengan marga Nasution. Semua kariernya yang luar biasa berawal dari hobinya yang suka menulis di blog pribadinya dan aktif di jejaring sosial seperti twitter untuk berbagi cerita kocak mengenai kesehariannya. Biasanya aktor berwajah ganteng, berbeda dengan Raditya Dika yang walau berwajah standar tetap bisa eksis di dunia hiburan tanah air karena kejeniusannya dalam melucu dan menghibur para pembaca buku dan penonton filmnya.
Lalu apa rahasia kesuksesan Raditya Dika? Mengapa di usia yang masih sangat muda sudah mampu menuliskan banyak buku-buku best seller, menjadi suteradara, aktor film, dan membintangi berbagai iklan produk di televisi? Menurut saya rahasianya adalah karena Raditya Dika adalah seorang yang inovatif dan pantang menyerah. Dia mampu membuat isi blog yang berbeda dari biasanya. Blog Raditya Dika kambing jantan.com berisi catatan harian dari kecil, sekolah, dan sampai ia lulus. Uniknya, kisahnya dikemas dalam cerita yang menghibur dan mengundang gelak tawa. Kreativitas Raditya Dika di dunia blogger yang selalu mampu menyulap kisah keseharian yang sebenarnya biasa menjadi cerita yang lucu dan menghibur berhasil mendapat penghargaan dari “Indonesia Blog Award” dan “The Online Inspiring”
Prestasi sebagai seorang blogger tidak lantas membuat seorang Raditya Dika cepat berpuas diri, malahan dia berpikir bagaimana supaya tulisan-tulisan yang berasal dari blog pribadinya bisa dibukukan. Raditya Dika ingin menerbitkan buku dengan judul yang sama dengan blog-nya yaitu “Kambing Jantan”. Sayangnya walaupun sudah inovatif dengan menghadirkan isi blog yang bernuansa baru, pernah mendapat penghargaan bergengsi, dan memiliki banyak pembaca setia, namun niat mewujudkan impian untuk menerbitkan buku ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Semua penerbit menolak bukunya! Impiannya untuk menerbitkan buku gagal.
Sebuah blog yang inovatif di mata Raditya Dika justru dianggap aneh oleh semua penerbit. Hasilnya, tidak ada penerbit yang sudi mengambil risiko untuk me-release bukunya. Menurut penerbit, tulisan Raditya Dika tidak lazim dan ditambah lagi membawa gaya baru dalam genre yang diusungnya. Saat itu belum ada yang novel komedi apalagi dengan style diari pribadi seperti naskahnya.
Syukurlah Raditya Dika tidak menyerah begitu saja karena yakin walaupun bukunya tidak disukai penerbit pasti akan dicintai pembaca karena sifatnya sangat menghibur. Berkat kegigihannya untuk terus berusaha, akhirnya ada satu penerbit yang bersedia menerbitkan bukunya dengan syarat Raditya Dika harus presentasi mengenai isi dan keunggulan bukunya. Akhirnya buku pertamanya berjudul “Kambing Jantan: Sebuah Catatan Pelajar Bodoh” pun berhasil terbit pada tahun 2005.
Bagaimana dengan hasil penjualan bukunya? Ternyata memang benar dugaan semua penerbit yang pernah menolaknya. Raditya Dika menghadapi kenyataan pahit kalau buku yang katanya banyak disukai itu ternyata memang tidak laris di pasaran. Raditya Dika memikirkan cara agar tidak tenggelam dalam kegagalannya. Akhirnya dia pun berpikir untuk turut secara aktif mempromosikan bukunya. Banyak penulis yang lepas tangan dan hanya membiarkan penerbit mempromosikan bukunya namun berkat sedikitnya pembeli buku, Raditya Dika pun berpikir kreatif untuk turut berpromosi.
Raditya Dika mulai gencar melakukan promosi melalui blog dan dari mulut ke mulut. Dia meminta pembacanya berfoto dengan buku pertama tersebut dan pemenang yang berhasil mengirimkan foto paling gokil akan mendapat baju kaos, uang saku, dan sebuah doa cepat dapat jodoh dari Raditya Dika. Selain itu, foto dan blog pemenang akan dipajang di website milik Raditya Dika dan website penerbit.
Sungguh strategi pemasaran yang kreatif akibat penjualan buku yang tidak memuaskan. Akhirnya, buku-buku Raditya Dika semakin dikenal karena bentuk promosi inovatif yang dia rancang. Bahkan ada pembaca mengirimkan foto dengan pose yang menjadikan buku Raditya Dika sebagai perangkap tikus dengan alasan bukunya sudah berkali-kali dibaca dan supaya lebih bermanfaat lebih baik dijadikan alat menangkap tikus. Ternyata strategi pemasaran bukunya sukses sehingga buku pertama “Kambing Jantan” yang awalnya tidak laris pada akhirnya berhasil mendapat predikat best seller.
Kegagalan Raditya Dika mengantarkannya pada pemahaman kalau seorang penulis sebaiknya tidak membiarkan “bukunya bersaing” sendiri dengan buku lain. Dia pun kini mengerti kalau seorang penulis dituntut bukan hanya kreatif dalam menulis tetapi juga harus terlibat dalam mempromosikan buku. Penerbit buku memang berkewajiban mempromosikan buku namun penulis pun harus jitu memasarkan bukunya. Popularitas Raditya Dika berkembang seiring buku-bukunya yang laris manis di pasaran. Kini, dia sudah berhasil menelurkan tujuh buku best seller. Bahkan buku-bukunya tersedia dalam bentuk komik dan film yang juga laris manis.