Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Robot Kasir dan Ritel Pintar: Pemicu Gelombang Pengangguran Baru?

6 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 5 Oktober 2025   22:03 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galbot G-1  di sebuah toko farmasi di Jalan Beixiaguan, Distrik Haidian. (Foto: Galbot.com)

Di tengah derasnya inovasi teknologi global, kabar dari Tiongkok tentang hadirnya robot humanoid yang kini mampu menggantikan peran kasir dan pelayan toko modern, seolah menjadi isyarat masa depan yang kian dekat dengan Indonesia.

Apa yang tampak sebagai terobosan efisiensi sesungguhnya menyimpan pertanyaan besar: siapkah kita menghadapi risiko hilangnya jutaan pekerjaan ritel yang selama ini menopang kehidupan kelas menengah ke bawah?

Bulan Agustus lalu, sebuah perusahaan rintisan asal Tiongkok bernama Galbot memperkenalkan kios modern yang sepenuhnya dioperasikan oleh robot humanoid.

Robot Galbot G-1 berbentuk manusia lengkap dengan dua tangan dan dua kaki ini bukan sekadar pajangan futuristik.

Ia benar-benar berfungsi sebagai kasir sekaligus pelayan toko--melayani pelanggan, mengelola transaksi, dan menggantikan tugas manusia yang selama ini dianggap tidak tergantikan.

Inovasi ini menandai sebuah babak baru dalam evolusi ritel global, sekaligus menimbulkan kegelisahan yang layak menjadi perdebatan serius: apakah masa depan pekerjaan ritel di Indonesia sedang berada di ambang kepunahan?

Efisiensi Teknologi dan Bayangan Pemutusan Kerja

Dari perspektif bisnis, kehadiran robot kasir adalah langkah "rasional." Robot tidak mengenal lelah, tidak menuntut gaji, tidak membutuhkan cuti, dan dapat bekerja 24 jam penuh.

Transaksi pun berlangsung cepat, minim kesalahan, dan sesuai dengan kebutuhan konsumen urban yang mendambakan kepraktisan. Dengan argumentasi efisiensi, perusahaan ritel tentu melihat peluang besar untuk menekan biaya operasional.

Namun, di balik narasi efisiensi itu, terselip persoalan serius yang jarang disentuh: nasib jutaan pekerja manusia yang kini mengisi ruang-ruang toko modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun