Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemerintah AS Shutdown: Pola Lama, Dampak Baru

2 Oktober 2025   10:19 Diperbarui: 2 Oktober 2025   10:19 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opsi kebijakan untuk mencegah pengulangan

Pakar dan beberapa anggota Kongres telah mengajukan solusi praktis yang bersifat institusional:

  • Automatic continuing resolution (auto-CR): mekanisme otomatis yang menjamin pendanaan sementara jika Kongres gagal menyelesaikan appropriations--solusi ini menghapus lever shutdown sebagai taktik negosiasi. Berbagai proposal serupa pernah diajukan dan diperdebatkan di Senat.
  • Perombakan proses anggaran (biennial budgeting / agenda splitting): memindahkan sebagian pekerjaan anggaran ke kerangka dua tahunan atau memecah paket anggaran agar isu-isu kontroversial tidak dibundel secara sistemik.
  • Sanksi politik/institusional untuk pemutusan layanan: aturan yang menaikkan biaya politik atau materil bagi aktor yang memilih shutdown--mis. kewajiban untuk membayar gaji pegawai lebih awal, atau pembatasan anggaran pada perwakilan yang memilih adu taktik.

Kombinasi reformasi teknis dan perubahan insentif politik merupakan jalan yang realistis; reformasi semata teknis tanpa perubahan insentif partisan berisiko diakali.

Penutup

Shutdown 1 Oktober 2025 bukan hanya kegagalan legislatif pada saat tertentu--ia adalah gejala sistem yang rentan terhadap politisasi proses anggaran, polarisasi partai yang mendalam, dan insentif yang menguntungkan tindakan-tindakan ekstrem. 

Shutdown pemerintahan Amerika Serikat kali ini memperlihatkan wajah lama dari politik anggaran yang berulang, namun dengan dampak yang semakin kompleks di era globalisasi. 

Jika dulu konsekuensinya sebatas pada layanan domestik dan ketidaknyamanan warga negara, kini resonansinya merambah ke stabilitas pasar global, kredibilitas diplomasi, hingga kepercayaan internasional terhadap kemampuan Amerika mengelola dirinya sendiri. 

Shutdown bukan lagi sekadar jeda administratif, melainkan simbol dari polarisasi politik yang kian dalam dan berbiaya tinggi. Pertanyaan besar yang tersisa: sampai kapan demokrasi terbesar di dunia ini membiarkan roda pemerintahannya tersandera oleh strategi politik sesaat?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun