Apakah kita dapat belajar dari kericuhan di bursa kerja di Bekasi bahwa tanpa sistem yang matang, harapan rakyat bisa berubah menjadi lahar amarah yang berbahaya?
Dalam kegagapan kebijakan dan derasnya tekanan sosial ini, nyala api bukan hanya yang di lapangan, tapi juga api harapan yang harus disulut oleh pemerintah dan semua elemen masyarakat.
Fenomena 24.405 pendaftar untuk 1.000 kursi di Damkar DKI adalah alarm keras bagi pemerintah. Ini bukan hanya soal popularitas profesi, bukan soal gaji 6,4 juta rupiah, tetapi sinyal krisis kesempatan kerja yang nyata.
Mari kita pandang perekrutan Damkar ini bukan sekadar proses administratif, melainkan sebuah babak penting untuk menyulam kembali kepercayaan dan harapan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kebutuhan akan kebijakan publik yang lebih strategis dan sistemik dalam menciptakan lapangan kerja mendesak untuk segera dijawab.
Tanpa itu, setiap pembukaan lowongan besar akan menjadi ajang perebutan hidup yang penuh luka---baik luka sosial akibat gesekan di antara pelamar, maupun luka batin dari mereka yang harus pulang dengan tangan kosong.
Seperti api yang membakar rumah, pengangguran membakar harapan. Dan seperti petugas pemadam kebakaran yang setia melawan si jago merah, negara seharusnya berlari ke pusat masalah, bukan sekadar berdiri di pinggir menonton bara menyala.*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI