Sementara Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo, hadir langsung menyapa para seniman, menyebut bahwa RECAKA adalah "bukti bahwa tradisi tidak ketinggalan zaman, justru jadi sumber inovasi."
Selain Wamen Kebbudayaan, festival ini juga dihadiri langsung oleh Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal, serta para tokoh seni, budayawan, dan akademisi.
Kehadiran mereka semakin menegaskan pentingnya RECAKA sebagai ruang selebrasi dan refleksi atas kekayaan musik tradisi Nusantara.
Lampung Jadi Panggung, Nusantara Jadi Nada
Festival ini adalah hasil kerja kolaboratif yang solid antara Kementerian Kebudayaan RI, Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, Yayasan Murni Budaya Lampung, dan para pegiat seni lokal. Dari seniman tua sampai remaja sekolah musik, semua diberi panggung yang setara.
"Saya bangga bisa tampil di festival sebesar ini. Biasanya kami hanya tampil di acara daerah. Tapi di sini, saya merasa musik kami dihargai," ucap Pak Rusli, pemain serunai dari komunitas seni Bengkulu yang berusia 63 tahun.
Di sisi lain, anak-anak muda juga menjadi garda depan regenerasi. Seperti kelompok musik Rasendra Kids dari Lampung, yang rata-rata berusia 12 tahun, memainkan lagu daerah dengan aransemen pop-tradisional yang segar.
"Kami ingin bikin musik daerah jadi keren. Biar teman-teman kami juga mau belajar," kata Dara (13), dengan mata berbinar setelah tampil di panggung utama.
RECAKA dan Masa Depan Budaya Indonesia
Pada akhirnya, RECAKA FMTI 2025 menjadi lebih dari festival. Ia adalah tanda bahwa seni tradisi Indonesia tidak tenggelam, tapi sedang berenang ke arus utama.
Dengan pendekatan yang kekinian, kolaboratif, dan berbasis komunitas, RECAKA menjelma sebagai model acara budaya yang inspiratif dan layak ditiru oleh daerah lain.