Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Keroncong Menyapa Tegal

27 Juni 2025   14:00 Diperbarui: 27 Juni 2025   14:00 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster acara Keroncong Menyapa Tegal.(Foto: IG @sagam07)

Di bawah langit senja Tegal yang ramah dan bersahaja, musik keroncong akan bergema--menghidupkan kembali denyut warisan budaya yang nyaris terlupakan.

Pada Sabtu, 28 Juni 2025, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui Direktorat Film, Musik, dan Seni, akan menggelar sebuah acara istimewa bertajuk "Roadshow Keroncong Svaranusa" yang bertempat di Taman Rakyat Slawi, Kabupaten Tegal.

Dipandu langsung oleh Direktur Film, Musik, dan Seni, Syaifullah Agam, kegiatan ini bukan sekadar pertunjukan musik biasa, melainkan sebuah pernyataan kebudayaan--bahwa keroncong masih hidup, tumbuh, dan relevan di tengah zaman yang serba digital dan instan.

Acara ini tidak terlepas dari visi seorang putra Aceh yang menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Australia. Sementara S3 diselesaikannya di Universitaas Syah Kuala, Aceh. Bernama lengkap Syaifullah Agam, SE., M.Ec., Ph.D sang Direktur Film, Musik, dan Seni di Kementerian Kebudayaan RI.

Ia saat ini dipercaya oleh Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon untuk memimpin upaya pelestarian dan pengembangan seni tradisional Indonesia, termasuk musik keroncong serta film dan musik, dengan pendekatan profesional dan kreatif guna menjaga warisan budaya bangsa tetap hidup dan relevan di era modern.

Syaifullah Agam, seperti tidak pernah kehabisan energi dan gagasan untuk terus merawat dan mengembangkan warisan kebudayaan Indonesia.

Keroncong Sebagai Simfoni Identitas Budaya

Keroncong adalah warisan musik yang telah mengakar sejak era kolonial, namun mengalami proses indigenisasi yang kuat sehingga kini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas musik Indonesia.

Dalam perspektif teori habitus Pierre Bourdieu, keroncong adalah praktik budaya yang mencerminkan struktur sosial yang hidup dalam masyarakat, dan melalui pementasan-pementasan seperti Svaranusa, habitus tersebut diperkuat dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Lebih jauh, kegiatan ini sejalan dengan pendekatan "Cultural Sustainability" yang digaungkan oleh Jon Hawkes (2001) dalam The Fourth Pillar of Sustainability.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun