Komunikasi politik di era digital sudah jauh berubah. Dulu, komunikasi politik itu formal, penuh protokol, dan sering terasa kaku. Tapi sekarang? Semua berubah sejak media sosial tercipta!
Sebuah perubahan drastis dalam cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi, yang didorong oleh kemajuan teknologi digital, membuat sebagian besar pemimpin politik mulai merubah strategi-taktik.
Termasuk, Presiden Prabowo Subianto.
Bayangin gini: seorang Presiden duduk bareng tujuh pemred media gede, tanpa naskah, tanpa setingan, dan siap ditanya apa aja. Kedengerannya kayak podcast politik ala Spotify, tapi ini nyata--dan baru aja dilakukan Presiden Prabowo.
Format ini jadi angin segar, tapi pertanyaannya, apa ini format komunikasi politik istana yang paling cucok buat zaman now? Atau ada format lain yang lebih baik?
Kenapa Format Itu Penting?
Format komunikasi politik bukan cuma soal gaya, tapi soal strategi. Di era digital ini, masyarakat ingin transparansi, kejujuran, dan kedekatan.
Kalau komunikasi politik masih pakai gaya lama--kaku dan penuh basa-basi--pesannya bisa nggak nyampe. Jadi, bagaimana format yang pas?
Sebelumnya, saya sudah mengulas gaya komunikasi beberapa kepala negara di dunia. Kompasianer dapat membacanya di sini: