Era ini ditandai dengan kemunculan kelompok-kelompok ormas baru dengan melekatkan identitas agama dan daerah tertentu.
Mereka tidak hanya berfungsi sebagai mediator antara masyarakat dan dunia politik formal tetapi juga sering kali terlibat dalam tindakan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka.
Relasi antara negara dan kelompok preman sering kali bersifat simbiotik.
Negara membutuhkan dukungan dari kelompok-kelompok ini untuk menjaga stabilitas sosial, sementara kelompok preman memanfaatkan hubungan ini untuk memperkuat posisi mereka dalam masyarakat.
Dalam banyak kasus, polisi dan aparat keamanan lainnya membiarkan tindakan intimidasi yang dilakukan oleh preman selama hal tersebut sejalan dengan kepentingan politik mereka.
Aksi-aksi sweeping minuman keras, yang kemudian berkembang menjadi sweeping buku-buku beraliran kiri, marak di masa-masa ini.
Premanisme, Ancaman Tersembunyi Terhadap Iklim Bisnis
Indonesia, dengan segala potensinya sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan ekonomi yang terus berkembang, menghadapi sejumlah tantangan serius yang merugikan iklim usaha.
Salah satu isu yang cukup mengganggu namun sering kali terabaikan adalah praktik premanisme yang dilakukan oleh oknum ormas, seperti pemerasan terhadap perusahaan-perusahaan, terutama menjelang hari raya melalui permintaan jatah THR.
Praktik ini tidak hanya mencederai prinsip-prinsip hukum dan etika bisnis, tetapi juga merusak suasana kondusif yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan investasi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Premanisme Ormas dalam Dunia Bisnis