Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Akar Kemiskinan Negara-negara Berkembang dalam Perspektif Parenti

18 Februari 2025   10:28 Diperbarui: 19 Februari 2025   22:37 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga beraktivitas di pemukiman padat penduduk di bantaran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Minggu (28/7/2019). (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Melalui teori ketergantungan, imperialisme baru, dan pasca-kolonial, kita dapat melihat bagaimana eksploitasi sumber daya alam, utang luar negeri, dan intervensi asing telah menciptakan ketimpangan yang semakin dalam.

Untuk keluar dari jerat ini, Indonesia perlu membangun kemandirian ekonomi, memperkuat regulasi terhadap perusahaan asing, dan mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri. Situasinya mungkin lebih rumit dan berlapis. Dibutuhkan kepemimpinan dan komitmen nasional yang kuat. Semoga.*

Referensi:

Parenti, M. J. (1995). Against Empire. City Lights Books.

Frank, A. G. (1967). Capitalism and Underdevelopment in Latin America. Monthly Review Press.

Cardoso, F. H., & Faletto, E. (1979). Dependency and Development in Latin America. University of California Press.

Harvey, D. (2003). The New Imperialism. Oxford University Press.

Said, E. W. (1978). Orientalism. Pantheon Books.

Bank Indonesia. (2023). Laporan Utang Luar Negeri Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia.

IMF. (1998). Indonesia: Memorandum of Economic and Financial Policies. International Monetary Fund.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun