Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelawak Istana, Dulu dan Sekarang

5 Februari 2025   09:46 Diperbarui: 5 Februari 2025   09:50 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Joseph Grimaldi sebagai karakter badut Joey. (Foto: Wikimedia/George Cruikshank via Kompas.com)

Ya! Kita semua dipaksa merayakan ketimpangan sosial dalam balutan komedi. Sayangnya kali ini pelawak istana itu jauh dari pengertian cerdas-filosofis dan sudah tidak lucu lagi. Justru, banyak penonton yang memaki.

Sebagai penutup, saya teringat dengan pepatah tua dari Turki, "Kalau badut menghuni istana, dia bukannya jadi raja; melainkan istana lah yang menjadi panggung sirkus."

Court jester di masa lalu adalah mereka yang aktif membela kaum papa dengan caranya sendiri; kadang memberikan pertimbangan dan narasi tandingan agar raja atau ratunya tidak salah langkah dan dikalahkan nafsu pribadi. Bagaimana dengan hari ini?

Wallahu a'lam bishawab..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun