Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jessica, "Flight Simulator GITC" dan Tantangan 90 Detik

12 April 2018   19:36 Diperbarui: 12 April 2018   20:42 1696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Captain Triyanto, Director of Operations PT. Garuda Indoensia Tbk saat menjelaskan tentang GITC di acara Blogtrip Kompasiana, Kamis 5 April 2018 di Ballroom GITC. (Foto Ganendra)

"Simulator ini kurang lebih mewakili 95 - 98 % kondisi riil pesawat," jelas Captain Triyanto, Director of Operations PT. Garuda Indoensia Tbk saat di dalam kokpit simulator memandu kompasianer bareng Agus Santoso selaku Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Captain Triyanto, Director of Operations PT. Garuda Indoensia Tbk saat menjelaskan tentang GITC di acara Blogtrip Kompasiana, Kamis 5 April 2018 di Ballroom GITC. (Foto Ganendra)
Captain Triyanto, Director of Operations PT. Garuda Indoensia Tbk saat menjelaskan tentang GITC di acara Blogtrip Kompasiana, Kamis 5 April 2018 di Ballroom GITC. (Foto Ganendra)
Keren juga simulatornya. Levelnya sudah yang paling tinggi  loor, level D. Dengan tingkat level itu 95% an mirip dengan pesawat  aslinya.

"Simulator kita level D semua. Paling tinggi 95 %  riil. Yang pasti harus mirip. Misal ada perubahan navigasi harus  diupdate. Kalau beda dengan pesawat asli, bingung nanti pilotnya," jelas Harry Herlambang, Senior Manager general Support and Training Facility GITC kepada penulis di area simulator.

Melihat  flight simulator CRJ 1000 Next Gen itu penuh dengan aneka panel.  Semua  panel yang ada di flight simulator persis di pesawat asli. Ada fitur yang bisa untuk membuat beragam skenario kondisi. Misalnya penerbangan  saat dilakukan sore hari, petang, malam ataupun pagi. Juga bisa disetel dengan kondisi bandara.

Agus Santoso selaku Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan saat menjelaskan tentang pesawat di acara Blogtrip Kompasiana Kamis 5 April 2018 di GITC Jakarta Barat. (Foto Ganendra)
Agus Santoso selaku Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan saat menjelaskan tentang pesawat di acara Blogtrip Kompasiana Kamis 5 April 2018 di GITC Jakarta Barat. (Foto Ganendra)
Nah sempat dicoba bareng Bapak Agus Santoso selaku Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dengan mengoperasikan simulator. Simulasi dengan lokasi penerbangan di Denpasar Bali. Nampak miniatur Bandar Udara Ngurah Rai Denpasar Bali terpampang di hadapan. Itu kondisi sama persis, riil dengan bandara aslinya. Arah barat, lewati laut. Di sana terlihat landasan serta laut.  

Di simulator inilah para pilot dilatih dengan beragam situasi, yakni situasi normal, upnormal, dan emergency. Misalnya situasi saat take off mesin mati, saat terbang mesin terbakar. Dalam situasi tersebut pilot dilatih, untuk segera tahu apa yang harus dilakukan, dan apa yang diputuskan.

Pilot harus menguasai itu semua, termasuk teori-teori yang menunjang penerbangan. Pilot harus memenuhi kualifikasi, makanya setelah training pilot harus di-checking dan recurrent training. Termasuk pilot senior pun wajib dilakukan checking dan recurrent per 6 bulan. Jika dalam 6 bulan tak lolos, maka tidak akan diijinkan 'terbang.' Itu semata demi keselamatan penumpangnya. Soalnya terkait dengan nyawa, jadi jelas pilot harus  memenuhi kualifikasi.

Ufff, sedemikian ketatnya Garuda Indonesia 'menggodog' pramugari, pilotnya ya. Jelas karena nyawa penumpang taruhannya, maka segenap crew pesawat semestinya berstandar professional dengan kemampuan sesuai kualifikasi. Soo dengan demikian kita sebagai penumpang pesawat bisa merasakan kenyamanan dan keamanan saat melakukan penerbangan. 'Terbang' pun bisa selamat, aman dan nyaman, "Selamanya." 

GITC, Lembaga Pelatihan Maskapai Penerbangan Terkemuka

Menempati area seluas 7 hektar di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, GITC ini memfasilitasi operasi penerbangan yang paling dasar dan canggih serta pelatihan bisnis penerbangan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Saat menginjakkan kaki di halaman GITC, kulihat gedung-gedung perkantoran dan gedung latihan. Gedung latihan seperti yang aku sempat blusukan di dalamnya adalah gedung F. Gedung tempat pramugari dan pilot dididik dan dilatih.

Kantor GITC di Cengkareng Jakarta Barat. (Foto Ganendra)
Kantor GITC di Cengkareng Jakarta Barat. (Foto Ganendra)
Keramahan CS di GITC. (Foto Ganendra)
Keramahan CS di GITC. (Foto Ganendra)
Kalau menilik sejarahnya, sekitar 5 tahun setelah operasi pertama, pada awal 1950-an, Garuda Indonesia memulai pelatihannya hanya untuk awak pesawat dan mekanik pesawat yang berjalan hanya dengan lima ruang kelas sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun