Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jessica, "Flight Simulator GITC" dan Tantangan 90 Detik

12 April 2018   19:36 Diperbarui: 12 April 2018   20:42 1696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blogtrip Kompasiana ke Garuda Indonesia Training Center, Jakarta Barat pada Kamis 5 April 2018. (Foto Ganendra)

Terbang 'Selamanya', Selamat, Aman dan Nyaman menjadi target yang harus dipenuhi Garuda Indonesia sebagai maskapai kredibel berkelas internasional. Untuk mewujudkan itu, Garuda Indonesia menggodok segenap crew pesawatnya agar mempunyai kemampuan standar tinggi sesuai aturan internasional.  

Garuda Indonesia Training Center (GITC) pun didirikan dan menjadi kawah Candradimuka untuk melahirkan crew pesawat yang mumpuni. Di GITC yang berlokasi di Cengkareng, Jakarta Barat itu, para pramugari/ flight attendant, pilot dicetak menjadi crew pesawat yang professional. Melayani penumpangnya, memberi kenyamanan dan menjamin keselamatan di segala musibah, baik di darat ataupun di laut.

Dalam aturan internasional, waktu 90 detik adalah waktu krusial saat musibah menimpa pesawat. Waktu yang sangat singkat,  yang dimiliki para penumpang untuk berpeluang selamat. Dan itu menjadi tantangan flight attendant yang harus bisa dilakukan. Tidak bisa tidak!

Jessica dan Tantangan 90 Detik

Awalnya wanita itu kupikir dari negeri tirai bambu, Tiongkok yang sedang mengikuti masa pendidikan pramugari di GITC. Matanya sipit, kulitnya kuning cerah, paras mukanya berbinar di sela basah air yang menyapu wajah dan rambut hitamnya. Cantik. Dia berdiri di barisan ujung kiri dari beberapa pramugari selepas uji coba penyelamatan di air di arena simulasi ruang gedung F, GITC, kawasan Cengkareng, Jakarta Barat pada Kamis, 5 April 2018.

Jessica (paling kiri) diantara calon pramugari lainnya selepas pelatihan penyelamatan di air di Ruang latihan Gedung F GITC, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis 5 April 2018. (Foto Ganendra)
Jessica (paling kiri) diantara calon pramugari lainnya selepas pelatihan penyelamatan di air di Ruang latihan Gedung F GITC, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis 5 April 2018. (Foto Ganendra)
Keramahan dan murah senyumnya itu yang membuatku berani untuk mendekatinya, bermaksud mengajak ngobrol. Apalagi dia sempat melihatku, dengan senyumnya. Duh. Hihihii.


"Jessica," katanya menjawab pertanyaan namanya dariku, saat acara Blogtrip Kompasiana mengunjungi GITC Jakarta Barat, pada Kamis 5 April 2018.

Oopps, aku salah. Dia bukan dari Tiongkok, tapi dari Bangka. Jessica sedang mengikuti pendidikan "flight attendant" di GITC sekitar 3 bulan. Jessica bercerita pengalamannya selama mengikuti pendidikan dan pelatihan "flight attendant". Materi pembelajaran tentang air craft  meliputi, Service, Security dan Safety.

"Pembelajarannya tidak hanya di kelas, kita juga melakukan praktik seperti ini (penyelamatan di air). Juga mencoba melakukan table manner dengan baik. Semuanya harus lulus dengan baik," kata Jessica yang sempat mengenyam bangku perkuliahan di Universitas Bunda Mulia, Jakarta sampai semester 6 hingga memutuskan 'stop' setelah lolos mendaftar "flight attendant" di Garuda Indonesia. 

Selain materi pembelajaran tersebut, Jessica dan teman-teman calon pramugari lainnya dilatih juga soal kekompakan tim. Itu karena pramugari adalah bagian dari kerja tim. Jadi setelah diterjunkan di dunia penerbangan mampu bekerja kompak dalam tim.

Para calon pramugari yang ikut pelatihan di GITC. (Foto Ganendra)
Para calon pramugari yang ikut pelatihan di GITC. (Foto Ganendra)
"Kita saat fly training, dibagi tugas berdua atau bertiga satu angkatan, belum dilepas sendiri. Juga didampingi senior. Kita harus mampu kompak,"kata gadis lulusan SMKN 42 Cengkareng, Jakarta Barat ini. 

Apa yang dipelajari Jessica dan pramugari lainnya terkait soal keselamatan penerbangan. Pesawat sipil sebagai moda transportasi yang paling tinggi tingkat resikonya, maka diperlukan crew pesawat  yang handal dalam menangani segala kemungkinan buruk, seperti musibah saat pesawat terpaksa landing di air, laut. Perlu aksi penyelamatan yang sifatnya segera!

Simulasi penyelamatan di air di GITC, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis 5 April 2018. (Foto Ganendra)
Simulasi penyelamatan di air di GITC, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis 5 April 2018. (Foto Ganendra)
Saat musibah jelas penumpang harus dievakuasi secepatnya untuk mengurangi resiko. Proses evakuasi melibatkan crew pesawat dan kerjasama dari penumpang. Mengapa crew pesawat harus dibekali kemampuan mengevakuasi?

"Ini mandatory dari DJPU (Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan) agar seluruh flight attendant mampu menyelamatkan diri dan menyelamatkan orang lain (penumpang). Dalam teori tak boleh lebih dari 90 detik," kata Koko, salah satu instruktur di GITC selepas simulasi penyelamatan di air bareng para calon pramugari kepada penulis di kesempatan yang sama.

"90 detik?"

Wah itu waktu singkat banget ya. Iya dong, soalnya saat pesawat mengalami musibah, tak bisa diprediksi kemungkinan selanjutnya. Apakah pesawat akan meledak atau tidak. Apakah pesawat akan tenggelam di air atau tidak. Jelas diperlukan aksi yang sifatnya segera. Evakuasi segera, untuk keselamatan semua yang ada di pesawat.

Apa yang dijelaskan Koko diamini oleh Yonas Sutejo, Senior Manager Flight  Attendant Training Garuda Indonesia kepada penulis pada kesempatan yang sama. Menurut Yonas, seluruh flight attendant harus mampu mengeluarkan penumpang dalam waktu 90 detik. Misalnya ada 300 penumpang dalam pesawat, maka dalam durasi waktu 90 detik harus sudah bisa dikeluarkan semuanya. Semua jenis pesawat, baik  pesawat besar maupun kecil, aturannya sama. Kenapa 90 detik?

Karena segala kemungkinan bisa terjadi setelah durasi 90 detik itu. Kalau musibah terjadi di darat, kemungkinan pesawat bisa meledak, dan jika di laut, pesawat bisa tenggelam.

"Di atas 90 detik, itu adalah risikonya. Itu durasi waktu yang sudah menjadi aturan internasional," kata Yonas, yang juga dikenal sebagai Kepala Sekolah Gedung F, GITC yang melatih pramugari dari dalam negeri dan luar negeri seperti dari Korea, Jepang dan Tiongkok itu.

Jelas bahwa faktor keselamatan, tak bisa main-main. Maka setiap calon crew pesawat di GITC harus  sesuai standar yang ditegaskan dalam bentuk licence. Mereka yang di bawah standar, tak ada toleransi.

Nah begitu pentingnya peran crew pesawat termasuk pramugari terkait keselamatan seperti saat evakuasi, maka kita sebagai penumpang semestinya mau bekerjasama.

Tau kan, sebelum melakukan penerbangan pesawat terbang, setelah "Welcome Announcement" dari awak kabin, lanjut dengan pramugari/a melakukan peragaan peralatan keselamatan penerbangan atau safety demo? Biasanya terdengar kalimat, "sesuai dengan aturan keselamatan penerbangan sipil internasional, maka kami wajib memperagakan....bla bla bla..."

Gambar di dinding Gedung F GITC, Cengkareng, Jakarta Barat, (Foto Ganendra)
Gambar di dinding Gedung F GITC, Cengkareng, Jakarta Barat, (Foto Ganendra)
Itu prosedur yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan yang harus dilakukan. Jika tidak dilakukan maka bisa kena sangsi hukum. Nah, sebagai penumpang apa yang sebaiknya kita lakukan saat "safety demonstration" dilakukan oleh Jessica dan pramugari lainnya? Jelas menurutku jangan diabaikan mengingat terkait keselamatan jika kemungkinan buruk terjadi pada pesawat. Ini tipsku.

1. Saat diperagakan "safety demonstration" oleh pramugari, sebaiknya diperhatikan. Bukan hanya perhatiin pramugarinya saja ya hehee, tapi materi peragaan safety itu. Itu penting dipahami agar jika  benar-benar terjadi kecelakaan kita paham yang harus dilakukan. Ingat hanya ada waktu 90 detik untuk evakuasi! Semakin cepat evakuasi bisa dilakukan maka semakin meminimalkan risiko.

2. Memahami dan memperhatikan peragaan keselamatan, sama saja jika itu dilakukan melalui  video di depan kursi. Luangkan waktu untuk melihatnya, meski itu bukan kali pertama kita terbang. Paling tidak mengingatkan bahwa kita sedang terbang dengan segala kemungkinannya. Dan pastinya akan berguna saat keadaan darurat.

3. Jika merasa sudah paham materi keselamatan yang diperagakan/ lihat video, jangan membuat perilaku yang mengganggu penumpang lainnya. Ingat, penumpang lain mungkin baru pertama kali terbang, jadi penting bagi mereka untuk memperhatikan "safety demonstration."

4. Selalu ingat "90 detik!". "Sky is safe but no space for error," selalu ada kemungkinan pesawat mengalami hal buruk. Jadi  serius memahami prosedur keselamatan, yang berguna saat emergency dan evakuasi. Ingat Jessica/ pramugari hanya punya waktu "90 detik" untuk meng-evakuasi anda!

Flight Simulator Kokpit GITC, Penguji Kemampuan Para Pilot

Selain pendidikan dan pelatihan pramugari, di GITC juga 'menggodog' kemampuan pilotnya. Ada ruang flight simulator untuk digunakan sebagai simulasi penerbangan. Simulasi lengkap bisa dilakukan, seperti menerbangkan pesawat, landing, juga segala kemungkinannya yang terjadi lainnya.

Simulator ini bisa digunakan dengan berbagai ragam skenario kondisi penerbangan. Pagi, siang, malam, berkabut, turbulence, goncangan, lewat laut dan lain sebagainya.

Sempat masuk ke simulator CRJ 1000 Next Gen. Itu salah satu dari 7 simulator yang dimiliki GITC diantaranya simulator F28, B737CG, B747-200. Jadi tahu rasanya ada di kabin kokpit setelah berada di simulator CRJ 1000 NextGen ini. Ehh ada juga simulator model lama di GITC.

Ini dia simulator CRJ 1000 Next Gen di GITC. (Foto Ganendra)
Ini dia simulator CRJ 1000 Next Gen di GITC. (Foto Ganendra)
Ini daleman simulator CRJ 1000 Next Gen. (Foto Ganendra)
Ini daleman simulator CRJ 1000 Next Gen. (Foto Ganendra)
Ini dia simulator di Gedung F GITC. (Foto Ganendra)
Ini dia simulator di Gedung F GITC. (Foto Ganendra)
Ini di kokpit model yang lama di GITC. (Foto Ganendra)
Ini di kokpit model yang lama di GITC. (Foto Ganendra)
Ehh gak sembarangan orang loor yang bisa masuk ke simulator ini. Ada biayanya bagi pilot yang dilatih menggunakan simulator ini. Sejam sekitar 400 USD.

Kalau harga 7 flight  simulator ini  saja setara dengan pesawat aslinya, maka tak heran banyak maskapai luar negeri seperti dari Timur Tengah, Asia, dan Eropa  menyewa simulator GITC  ini untuk melatih para pilotnya. Ikut bangga, Garuda Indonesia memiliki fasilitas simulator level tinggi yang digunakan juga oleh negara lain. 

"Simulator ini kurang lebih mewakili 95 - 98 % kondisi riil pesawat," jelas Captain Triyanto, Director of Operations PT. Garuda Indoensia Tbk saat di dalam kokpit simulator memandu kompasianer bareng Agus Santoso selaku Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Captain Triyanto, Director of Operations PT. Garuda Indoensia Tbk saat menjelaskan tentang GITC di acara Blogtrip Kompasiana, Kamis 5 April 2018 di Ballroom GITC. (Foto Ganendra)
Captain Triyanto, Director of Operations PT. Garuda Indoensia Tbk saat menjelaskan tentang GITC di acara Blogtrip Kompasiana, Kamis 5 April 2018 di Ballroom GITC. (Foto Ganendra)
Keren juga simulatornya. Levelnya sudah yang paling tinggi  loor, level D. Dengan tingkat level itu 95% an mirip dengan pesawat  aslinya.

"Simulator kita level D semua. Paling tinggi 95 %  riil. Yang pasti harus mirip. Misal ada perubahan navigasi harus  diupdate. Kalau beda dengan pesawat asli, bingung nanti pilotnya," jelas Harry Herlambang, Senior Manager general Support and Training Facility GITC kepada penulis di area simulator.

Melihat  flight simulator CRJ 1000 Next Gen itu penuh dengan aneka panel.  Semua  panel yang ada di flight simulator persis di pesawat asli. Ada fitur yang bisa untuk membuat beragam skenario kondisi. Misalnya penerbangan  saat dilakukan sore hari, petang, malam ataupun pagi. Juga bisa disetel dengan kondisi bandara.

Agus Santoso selaku Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan saat menjelaskan tentang pesawat di acara Blogtrip Kompasiana Kamis 5 April 2018 di GITC Jakarta Barat. (Foto Ganendra)
Agus Santoso selaku Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan saat menjelaskan tentang pesawat di acara Blogtrip Kompasiana Kamis 5 April 2018 di GITC Jakarta Barat. (Foto Ganendra)
Nah sempat dicoba bareng Bapak Agus Santoso selaku Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dengan mengoperasikan simulator. Simulasi dengan lokasi penerbangan di Denpasar Bali. Nampak miniatur Bandar Udara Ngurah Rai Denpasar Bali terpampang di hadapan. Itu kondisi sama persis, riil dengan bandara aslinya. Arah barat, lewati laut. Di sana terlihat landasan serta laut.  

Di simulator inilah para pilot dilatih dengan beragam situasi, yakni situasi normal, upnormal, dan emergency. Misalnya situasi saat take off mesin mati, saat terbang mesin terbakar. Dalam situasi tersebut pilot dilatih, untuk segera tahu apa yang harus dilakukan, dan apa yang diputuskan.

Pilot harus menguasai itu semua, termasuk teori-teori yang menunjang penerbangan. Pilot harus memenuhi kualifikasi, makanya setelah training pilot harus di-checking dan recurrent training. Termasuk pilot senior pun wajib dilakukan checking dan recurrent per 6 bulan. Jika dalam 6 bulan tak lolos, maka tidak akan diijinkan 'terbang.' Itu semata demi keselamatan penumpangnya. Soalnya terkait dengan nyawa, jadi jelas pilot harus  memenuhi kualifikasi.

Ufff, sedemikian ketatnya Garuda Indonesia 'menggodog' pramugari, pilotnya ya. Jelas karena nyawa penumpang taruhannya, maka segenap crew pesawat semestinya berstandar professional dengan kemampuan sesuai kualifikasi. Soo dengan demikian kita sebagai penumpang pesawat bisa merasakan kenyamanan dan keamanan saat melakukan penerbangan. 'Terbang' pun bisa selamat, aman dan nyaman, "Selamanya." 

GITC, Lembaga Pelatihan Maskapai Penerbangan Terkemuka

Menempati area seluas 7 hektar di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, GITC ini memfasilitasi operasi penerbangan yang paling dasar dan canggih serta pelatihan bisnis penerbangan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Saat menginjakkan kaki di halaman GITC, kulihat gedung-gedung perkantoran dan gedung latihan. Gedung latihan seperti yang aku sempat blusukan di dalamnya adalah gedung F. Gedung tempat pramugari dan pilot dididik dan dilatih.

Kantor GITC di Cengkareng Jakarta Barat. (Foto Ganendra)
Kantor GITC di Cengkareng Jakarta Barat. (Foto Ganendra)
Keramahan CS di GITC. (Foto Ganendra)
Keramahan CS di GITC. (Foto Ganendra)
Kalau menilik sejarahnya, sekitar 5 tahun setelah operasi pertama, pada awal 1950-an, Garuda Indonesia memulai pelatihannya hanya untuk awak pesawat dan mekanik pesawat yang berjalan hanya dengan lima ruang kelas sederhana.

Dalam perkembangannya seiring meningkatnya permintaan dari manajemen dan pelanggannya untuk program pelatihan berkualitas tinggi, GITC menambah fasilitas dan infrastruktur pelatihan modern. Sekarang, GITC menjadi salah satu lembaga pelatihan maskapai penerbangan terkemuka. Soo boleh dong kita berbangga dengan Garuda Indonesia ya.

Eh tonton video saat kunjungan ke GITC di acara #Blogtrip Kompasiana di bawah ini ya. Siapkan camilan soalnya videonya agak panjang, durasi 15 menit hehee. Trims. Ayo terbang Selamanya!

@rahabganendra

Baca juga: Jaga Perilaku Naik Pesawat, Karena Nyawa Kita Tak Sendirian

Terima kasih Kompasiana untuk ajang Kompasiana Akademinya, sangat bermanfaat banget. (Foto Ganendra)
Terima kasih Kompasiana untuk ajang Kompasiana Akademinya, sangat bermanfaat banget. (Foto Ganendra)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun