Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasiana, Merawat Takdir Pertemuan

20 November 2017   18:49 Diperbarui: 21 November 2017   13:58 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mengenal satu sama lain itu bukan sebuah kebetulan...
Ketika pertemuan satu sama lain itu terjadi dalam pengaturan tingkat tinggi...
Ketika pertemuan itu terjadi dari dunia menulis dan menjadi aktivitas yang lebih dari sekadar ngeblog...
dan ketika ngeblog itu menjadi sarana pintu gerbang dimulainya jalinan takdir pertemuan antar individu...
Selayaknya satu sama lain merawat dengan sebaik-baiknya, bersahabat, bersaudara, bersosialisasi untuk manfaat yang lebih banyak. Manfaat untuk kebaikan yang mungkin menjadi alasan kenapa takdir pertemuan itu terjadi.

KENANGAN. Sejak aktivitas ngeblog bergabung dan bernaung di bawah payung Kompasiana, 2011 silam, ada satu hal yang terasa lebih. Terutama sejak aktif menulis di medio 2013. Mengenal banyak orang. Tak dalam dunia nyata, berawal dalam dunia blogging, dunia maya. Itu gerbang, pintu yang membuka ke dunia nyata. Toh tak sedikit yang akhirnya kopdar/ kopi darat, bertemu dalam dunia nyata.

Bagiku dunia maya ada kesamaan dengan dunia nyata dalam hal bersosialisasi. Dunia dimana perkembangan teknologi yang membawanya. Membawa dunia, bukan hal yang mesti bersentuhan fisik. Namun mempunyai kemampuan menjadi sarana takdir pertemuan untuk mengenal orang lain. Termasuk di Kompasiana. Berapa banyak orang yang menjadi kawan, sahabat, atau bahkan mungkin musuh? Hahaa, semua mungkin.

Bagiku itu tergantung bagaimana kita mau memaknai takdir pertemuan itu menjadi apa. Maukah merawatnya menjadi bunga-bunga persaudaraan, atau sudikah menjadikannya sebagai ajang sosialisasi dan kegiatan kebaikan bermanfaat. Tergantung gue dan loe!

Bareng Edy, Kang Bain, Mas Wahyu. (Dokpri)
Bareng Edy, Kang Bain, Mas Wahyu. (Dokpri)
Ada pak Edy. (Dokpri)
Ada pak Edy. (Dokpri)
Ngopi2 selepas acara Kompasiana itu perlu. (Dokpri)
Ngopi2 selepas acara Kompasiana itu perlu. (Dokpri)
Puisi, Ketengan dan Kompasiana Awards

Fiksiana, itu dunia fiksinya Kompasiana. Di rubrik yang sarat dengan puisi dan cerpen, sedikit drama dan novel kala ku join 2013/2014. Rubrik yang sebenarnya bukan labuhanku pada awalnya. Rubrik yang bukan menjadi rubrik artikelku yang pertama kali menjadi Headline/HL/ Artikel Utama. Kala itu HL pertama malah artikel soal sepakbola, yang sekaligus meraih tiket nonton The Gunners Arsenal manggung di Senayan. Artikelnya ini Utak Atik Peluang ‘Indonesia Dream Team’ Meredam Pasukan Meriam Arsenal.

Aktif membuat puisi di kala malam menjelang di Akun K (Kompasiana)  Rahab Ganendra #eeh Itu akun K pertamaku. Setelahnya aku bikin Akun kuliner Bozz Madyang  dan akun yang posting artikel ini Ganendra. Jadi adaa 3 akun K hehee. 

Jam 22.00 wib alias jam 10 malam itu menjadi ritualku menulis puisi. Kala pikiran 'usai' dengan keseharian. Dimana segala rasa, rasa kepedulian, makhluk sosial, rasa ego, rasa cinta, rasa sakit, dan segala rasa lainnya tertumpah dalam format puisi. Mengemas diksi, sebagai penumpahan segala rasa.

Produktif menulis puisi di Kompasiana mengantarkanku pada dunia fiksi dan aktif mengisi rubrik Fiksiana. Rubrik yang mengantarkanku pada takdir pertemuan dengan fiksianer lainnya dan bahkan mengantarkanku memegang Kompasiana Awards kategori The Best Fiction 2014. Penghargaan yang tentu membuatku bangga, khususnya kepada fiksianer yang memilihku terlepas dari keputusan Kompasiana.

Kompasiana Awards kategori The Best Fiction 2014. (Dzulfikar Ala la)
Kompasiana Awards kategori The Best Fiction 2014. (Dzulfikar Ala la)
Bareng kawan fiksi. (Dokpri)
Bareng kawan fiksi. (Dokpri)
Satu persatu aku mengenal fiksianer lainya. Aku ingat betul di medio 2014, fiksiana bertaring, bertaji. Banyak puisi, cerpen, novel yang bertaburan. Muncul nama-nama yang aku ingat betul di ranah puisi. Ada Zoel Anwar, Adhi Panritaloppi, Jansori Andesta, Anugrah Oesman, Didiet Fals Beneran, Suko Waspodo, Edy Priyatna dan banyak lagi. Meski beberapa fiksianers telah 'lesap' di Kompasiana, aku masih mengingatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun