Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Traveler Madyanger Fiksianer #MuseumLover

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger #MuseumLover email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ratu Malam

19 Mei 2014   03:23 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:23 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400419273680156464

***

badai prahara menyapu denyut nadi kota
datang dan pergi pongah tanpa senyum sisa
acuhkan tibanya sang waktu di tepian masa
atas perilaku larut di celah kaki kaki malam durjana
merajuk di bayang rembulan penyaksi purnama

panas kepulan buih dahaga botol laknat
diantara remang kerjab lampu lampu maksiat
tulus tlah mati dipenggal pedang khianat
leburkan rasa baik dan buruk atas pembeda sekat

baik itu terenggut misteri
buruk itu di relung pori pori
bercumbu pada penguasa malam pagi
menghias dunia rembulan penyaksi
pada diri
sang mahkota ratu malam hari

sementara esok tak pernah berikan baik janji
harap dan berharap tak henti kidung bernyanyi
bersama satu kata harap hati
yang tak lesap di sanubari
kapan mahkota itu tertanggalkan nanti?


marah pada siapa?
air mata tangis untuk siapa?

tiada akhir
tiada awal
hanya ada disini dan sekarang
manakala cahaya di hati lapang
akan ada jalan pulang
meruyak kabut penghalang
di pintu tobat cahaya menjelang

***
Jakarta - 18 Mei 204

@rahabganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun